Bocah 12 Tahun di Kabupaten TTS NTT Tewas Digigit Anjing Rabies

Seorang anak di Desa Taiftob, Kecamatan Mollo Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT) berusia 12 tahun berinisial IS meninggal dunia usai digigit anjing

oleh Ola Keda diperbarui 04 Mar 2024, 10:00 WIB
Diterbitkan 04 Mar 2024, 10:00 WIB
infografis rabies
Orang yang Terkena Rabies Bisa Meninggal?(Liputan6.com/Triyasni)

Liputan6.com, Jakarta - Seorang anak di Desa Taiftob, Kecamatan Mollo Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT) berusia 12 tahun berinisial IS meninggal dunia usai digigit anjing rabies.

Bocah laki-laki itu digigit anjing pada Selasa 6 Februari sekitar pukul 15.00 Wita. Saat itu korban sedang berada di rumah kebun bersama kakak, ayah serta ibunya, di Desa Kualeu, Kecamatan Mollo Tengah.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten TTS, Ria Tahun menjelaskan, korban baru pulang menjenguk pamannya yang sedang sakit di Desa Kualeu. Saat tiba di halaman rumah kebun, korban melihat seekor anjing liar sedang menerkam leher anak anjing peliharaan mereka.

Korban berusaha melerai agar anak anjing itu tidak tewas. Namun tiba-tiba anjing liar itu menggigit korban tepat di pipi kiri yang menyebabkan tiga luka dalam.

"Ibu korban menghapus darah pada pipi korban dan mengolesi luka dengan minyak nona mas, tanpa melakukan tata laksana cuci luka," ungkap Ria Tahun, Sabtu (2/3/2024).

Menurutnya, setelah dioles minyak gosok, luka bekas gigitan itu pun sembuh dalam jangka waktu satu minggu. Sejak tanggal 6 hingga 18 Februari, korban tidak merasakan gejala apa pun dan beraktifitas seperti biasa.

 

 

Simak Video Pilihan Ini:

Awal Gejala hingga Korban Meninggal

Namun pada Senin 19 Februari, korban mengeluh sakit kepala, demam dan muntah, namun tetap mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah.

Pada hari Selasa 20 Februari, korban masih merasakan gejala yang sama dan memilih untuk tidak mengikuti kegiatan KBM di sekolah.

Pada hari Rabu 21 Februari hingga 24 Febrauri, korban masih merasakan gejala yang sama tapi kembali beraktivitas seperti biasa, namun nafsu makan korban mulai berkurang.

Minggu 25 Februari, korban mulai mengalami gejala khas rabies serta tidak lagi mau makan dan minum.

"Keluarga merawat korban di rumah kebun. Pada hari Senin 26 Februari, korban masih merasakan gejala yang sama, kemudian keluarga melakukan pengobatan tradisional," jelasnya.

Keluarga kemudian membawa korban ke rumah tinggal. Pada malam harinya korban mulai mengalami peningkatan kecemasan, hingga korban mencakar dan menggigit ibunya.

Pada Rabu 28 Februari, sekitar pukul 11.00 Wita, korban meninggal dunia.

"Masa inkubasinya pendek karena lokasi luka gigitan merupakan risiko tinggi, tidak dilakukan tata laksana pencucian luka, dan pemberian SAR dan VAR," jelasnya.

Untuk diketahui, saat ini korban tewas akibat gigitan anjing rabies di Kabupaten TTS berjumlah 16 orang, yang didominasi oleh anak-anak. Sedangkan korban gigitan telah mencapai 3.551 orang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya