9 Fakta Menarik tentang Lewotobi, Gunung Berapi Kembar di Flores yang Menakjubkan

Gunung Lewotobi di Flores, NTT, menyimpan fakta menarik; dari keunikan puncak kembarnya hingga aktivitas vulkanik dan legenda mistis yang menyelimuti.

oleh Silvia Estefina Subitmele Diperbarui 21 Apr 2025, 11:44 WIB
Diterbitkan 21 Apr 2025, 11:44 WIB
Gunung Lewotobi Laki-laki
Gunung Lewotobi Laki-Laki di Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, kembali meletus hebat pada Minggu (20/4/2025) tengah malam pukul 23.59 Wita. (Liputan6.com/ Dok PVMBG)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Gunung Lewotobi merupakan salah satu keajaiban alam yang terletak di bagian tenggara Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Keunikan gunung ini terletak pada keberadaannya sebagai gunung berapi kembar, yang terdiri atas dua puncak aktif: Gunung Lewotobi Laki-laki dan Gunung Lewotobi Perempuan.

Kedua gunung ini memiliki karakteristik tersendiri yang seolah menggambarkan pasangan dalam hubungan suami istri. Gunung Lewotobi Perempuan memiliki ketinggian sekitar 1.703 meter di atas permukaan laut, sementara Gunung Lewotobi Laki-laki menjulang setinggi 1.584 meter. Keduanya membentuk lanskap pegunungan yang memesona dan penuh daya tarik geologis maupun budaya.

Dari segi aktivitas vulkanik, Gunung Lewotobi tergolong aktif. Sepanjang sejarahnya, letusan lebih sering terjadi dari kawah Gunung Lewotobi Laki-laki. Salah satu letusan tercatat terjadi pada tahun 2003, meskipun hingga kini, kedua gunung tersebut masih menunjukkan aktivitas seismik ringan serta emisi vulkanik yang bersifat sporadis.

Di balik keindahannya, gunung ini menyimpan berbagai fakta unik dan menarik yang jarang diketahui banyak orang. Keberadaannya juga erat kaitannya dengan kehidupan dan kepercayaan masyarakat di sekitarnya, yang menghormati gunung ini sebagai bagian dari warisan alam sekaligus spiritual. Berikut ini fakta menarik mengenai Gunung Lewotobi, yang telah dirangkum dari berbagai sumber pada Senin (21/4/2025).

1. Titik Awal Pendakian Gunung Lewotobi

Gunung Lewotobi Laki-laki
Gunung Lewotobi Laki-Laki kembali erupsi pada Selasa pagi (11/3/2025), pukul 06.19 Wita. (Liputan6.com/ Dok PVMBG)... Selengkapnya

Menurut informasi yang diperoleh dari Gunung Bagging, terdapat beberapa titik awal pendakian yang dapat dipilih oleh pendaki, meskipun yang paling populer dan sering digunakan adalah titik dari Pusat Vulkanologi yang berada di Desa Bawalatang, dengan ketinggian sekitar 344 meter di atas permukaan laut. Desa Bawalatang terletak sekitar 20 menit perjalanan dari jalan utama Trans-Flores, yang menghubungkan Maumere dengan Larantuka, tepatnya di kawasan Boru.

Kondisi akomodasi di daerah sekitar cukup terbatas, sehingga banyak pendaki yang memilih untuk menginap di Maumere atau Larantuka sebelum memulai perjalanan. Beberapa pendaki bahkan memilih untuk menginap di lantai rumah penduduk setempat di sekitar desa. Mengingat lama waktu yang dibutuhkan untuk pendakian, disarankan untuk berangkat sesegera mungkin, minimal saat matahari terbit, agar perjalanan dapat dilakukan dengan lebih leluasa.

Penting untuk memperhatikan bahwa seorang pemandu sangat dibutuhkan untuk melintasi jalur yang melalui perkebunan di lereng gunung yang lebih rendah. Setelah itu, jalur pendakian akan memasuki kawasan hutan yang jalurnya kadang-kadang tidak terlalu jelas. Di Bawalatang, mencari pemandu tidaklah sulit, dan sebaiknya Anda dapat meminta bantuan di Pusat Vulkanologi untuk menemukan pemandu yang siap menemani perjalanan Anda.

2. Aktivitas Berburu di Sekitar Gunung Lewotobi

Meskipun Gunung Lewotobi cukup terkenal, pendakian ke puncak gunung ini hanya dilakukan beberapa kali dalam setahun. Sebagian besar pendaki yang datang ke sini adalah pemburu yang mencari rusa dan babi hutan yang banyak ditemui di kawasan sekitar.

Setelah melewati perkebunan kakao yang luas, pendaki akan memasuki kawasan hutan yang kaya akan flora dan fauna. Di sini, Anda dapat menemukan berbagai spesies burung langka, seperti Burung Lulur Kaki Merah (Megapodius reinwardt), yang merupakan salah satu jenis burung endemik. Masyarakat setempat memiliki nama khusus untuk beberapa jenis burung ini, yang menunjukkan kedekatan mereka dengan alam.

Melanjutkan perjalanan, Anda akan sampai di punggung bukit hutan yang jalurnya mulai sedikit lebih jelas. Pada ketinggian sekitar 1.053 mdpl, terdapat sebuah selokan berbatu yang sering digunakan sebagai tempat istirahat oleh para pemandu. Di titik ini, jalur akan terbagi menjadi dua arah: satu menuju Lewotobi Perempuan di sebelah kanan melintasi selokan, dan satu lagi menuju Lewotobi Laki-laki yang terletak di atas selokan.

3. Akses Menuju Gunung Lewotobi

Untuk menuju titik awal pendakian, Anda harus keluar dari jalan utama Flores yang melintasi Boru, yang terletak kira-kira setengah perjalanan antara Larantuka dan Maumere. Meskipun Larantuka memiliki sebuah bandara, sebaiknya Anda mengecek terlebih dahulu ketersediaan penerbangan yang beroperasi. Bandara Maumere, yang terletak lebih dekat, menjadi hub utama penerbangan di Flores dan dapat dijangkau dengan lebih mudah.

4. Jalur Menuju Lewotobi Perempuan

Setelah memulai pendakian dari titik yang telah disebutkan sebelumnya, pendaki akan menyeberangi selokan berbatu dan kemudian memasuki padang rumput dataran tinggi yang dihiasi pepohonan eukaliptus yang tersebar. Jalur di sini tidak terlalu jelas, dengan beberapa tempat yang menurun sebelum akhirnya mulai mendaki kembali. Setelah berjalan sekitar satu jam, pendaki akan mencapai sebuah jurang yang terletak di ketinggian 1.228 mdpl, yang membatasi antara jalur menuju Lewotobi Laki-laki dan Lewotobi Perempuan. Jurang ini ditandai dengan balok semen besar sebagai petunjuk.

Untuk mencapai kawah Lewotobi Perempuan, Anda hanya perlu mengikuti jalur dari tiang penunjuk lalu belok ke kanan dan mulai mendaki melalui aliran lava kuno dan bongkahan batu besar. Di sekitar kawasan ini, Anda akan melihat beberapa sensor aktivitas vulkanik yang dipasang oleh pihak Pusat Vulkanologi Bawalatang untuk memantau aktivitas gunung berapi tersebut.

5. Pemandangan dari Lewotobi Laki-laki dan Ili Wukoh

Gunung Lewotobi Laki-laki
Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores Timur NTT kembali erupsi pada Senin (14/4/2025), pukul 08.32 Wita. (Liputan6.com/ Dok PVMBG)... Selengkapnya

Setelah sekitar 45 menit pendakian melalui bebatuan yang terjal, Anda akan disuguhi pemandangan spektakuler dari puncak Lewotobi Laki-laki dan Ili Wukoh. Ili Wukoh adalah sebuah puncak hutan yang misterius dengan bentuk puncak segitiga yang sepertinya belum banyak diketahui orang. Selanjutnya, Anda akan mencapai sebuah batu besar yang terletak di tepi luar Kawah Perempuan.

Ikuti jalur ini ke kanan selama sekitar 20 menit, dan Anda akan sampai di tepi bagian dalam kawah utama, yang menampilkan pemandangan luar biasa dengan kubah lava berwarna kekuningan di beberapa bagian akibat kandungan belerang. Puncak Lewotobi Perempuan yang sesungguhnya terletak sekitar 500 meter di luar lingkaran kawah di sisi selatan, namun perjalanan ke puncak ini tergolong cukup berbahaya dan hanya disarankan bagi mereka yang benar-benar berpengalaman dan percaya diri.

6. Saran untuk Mendaki Salah Satu Puncak

Pemandangan yang ditawarkan dari puncak Lewotobi Laki-laki sangatlah mengesankan, terutama melihat kawahnya yang sudah tidak aktif. Kawah ini memiliki lubang besar dengan diameter sekitar 15 meter dan kedalaman yang tidak diketahui. Bayangkan saja apa yang keluar dari lubang ini saat gunung tersebut meletus secara berkala.

Perjalanan turun dari puncak Lewotobi Laki-laki melalui jalur berbatu cukup sulit dan berbahaya, karena banyaknya reruntuhan batu yang dapat membahayakan pendaki. Pendaki akan menuruni lereng curam dan akhirnya mencapai persimpangan antara jalur menuju Lewotobi Perempuan dan Lewotobi Laki-laki.

Dari sini, perjalanan berlanjut melewati semak belukar eucalypt dan berjalan menyusuri semak-semak hingga akhirnya sampai di jalur antara "selokan berbatu" dan blok semen yang menjadi penanda sebelum kembali menuju Pusat Vulkanologi melalui hutan dan perkebunan.

Mengambil kedua puncak, Lewotobi Laki-laki dan Lewotobi Perempuan, dalam satu hari tentu sangat memakan waktu dan tenaga. Oleh karena itu, banyak pendaki yang lebih memilih untuk mendaki salah satunya saja. Meskipun pendakian Lewotobi Laki-laki mungkin lebih pendek, puncak Lewotobi Perempuan menawarkan pemandangan yang jauh lebih spektakuler dan menantang.

7. Karakteristik Permukaan Gunung Lewotobi Perempuan yang Lebih Kasar

Tahukah Anda bahwa meskipun Gunung Lewotobi Laki-laki dan Lewotobi Perempuan berada dalam satu kawasan pegunungan yang sama, keduanya memiliki ciri permukaan tanah yang cukup berbeda? Jika diperhatikan secara seksama, Gunung Lewotobi Perempuan memiliki kontur permukaan yang jauh lebih kasar dibandingkan dengan pasangannya, Gunung Lewotobi Laki-laki.

Selain permukaannya yang tidak rata dan berbatu, area yang dimiliki oleh Lewotobi Perempuan juga lebih luas. Hal ini memberikan tantangan tersendiri bagi para pendaki yang ingin menaklukkan puncaknya. Bentuk puncak dari gunung ini juga cukup unik, yakni berbentuk seperti kerucut yang terpotong pada bagian atasnya. Lokasi puncaknya sendiri terletak di sebelah tenggara dari Gunung Lewotobi Laki-laki, menjadikannya titik orientasi yang menarik dalam jalur pendakian di kawasan ini.

Gunung Lewotobi Perempuan diketahui memiliki dua kawah aktif, salah satunya memiliki ukuran yang cukup besar, sementara kawah lainnya berukuran lebih kecil. Di dasar kawah utama tersebut, terdapat kubah lava yang masih aktif dan mengeluarkan asap solfatara. Asap berwarna putih tipis ini terus mengepul dari permukaan tanah, menjadi penanda bahwa aktivitas vulkanik di dalam perut bumi masih berlangsung. Fenomena alam ini menjadikan Gunung Lewotobi Perempuan sebagai objek penelitian yang penting bagi para ahli vulkanologi, sekaligus sebagai daya tarik utama bagi pencinta alam.

8. Gunung Lewotobi dalam Perspektif Sejarah dan Budaya Lokal

Gunung Lewotobi Laki-laki
Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores Timur NTT kembali meletus hebat pada Rabu (16//4/2025), pukul 05.33 dan 05.44 Wita. (Liputan6.com/ Dok PVMBG)... Selengkapnya

Gunung Lewotobi tidak hanya dikenal sebagai gunung berapi yang masih aktif, tetapi juga memiliki nilai penting dalam konteks sejarah dan budaya masyarakat lokal. Bagi penduduk yang tinggal di sekitar kaki gunung, keberadaan Lewotobi Laki-laki dan Lewotobi Perempuan dipercaya sarat akan makna spiritual.

Konon, menurut cerita rakyat yang diwariskan secara turun-temurun, kedua gunung ini merupakan jelmaan dari sepasang suami istri. Alkisah, pasangan tersebut melanggar suatu adat istiadat yang sangat dihormati oleh masyarakat setempat. Karena pelanggaran tersebut, mereka kemudian dikutuk oleh kekuatan gaib dan berubah menjadi dua gunung berapi. Mitos ini menyatakan bahwa kedua gunung ini hanya dapat “bertemu” kembali saat keduanya mengalami erupsi secara bersamaan, yang dalam kepercayaan masyarakat, dianggap sebagai momen pertemuan spiritual antara keduanya.

Kepercayaan ini masih dipegang teguh oleh sebagian masyarakat hingga saat ini, dan sering dijadikan alasan mengapa aktivitas gunung seperti letusan dianggap sebagai tanda alam yang sarat makna.

3. Gunung Lewotobi sebagai Simbol Budaya dan Tempat Sakral

Lebih dari sekadar bentang alam yang menakjubkan, Gunung Lewotobi memiliki makna simbolis yang sangat kuat bagi masyarakat di Flores. Gunung ini diyakini sebagai tempat bersemayamnya para leluhur dan menjadi bagian tak terpisahkan dari sistem kepercayaan tradisional setempat.

Ketika gunung menunjukkan tanda-tanda akan meletus, masyarakat tidak hanya melihatnya sebagai fenomena alam biasa. Sebaliknya, mereka memaknainya sebagai wujud kemarahan para leluhur terhadap berbagai bentuk ketidakharmonisan, termasuk konflik sosial antar suku atau pelanggaran adat tertentu. Dalam rangka menenangkan “amarah” dari para leluhur, masyarakat akan menggelar sebuah upacara adat yang disebut tuba ile.

Upacara ini merupakan bentuk penghormatan kepada leluhur, yang dilakukan dengan mempersembahkan berbagai macam sesaji. Di antara persembahan yang disiapkan meliputi hewan kurban, telur, tembakau, biji pinang, beras, dan kapas. Upacara biasanya dilangsungkan di lokasi-lokasi yang dianggap sakral, salah satunya adalah sebuah gua di lereng gunung yang dipercaya sebagai tempat keramat. Selain gua tersebut, ada pula titik lain yang dipakai sebagai tempat pelaksanaan ritual.

Melalui ritual tuba ile, masyarakat berharap agar alam kembali seimbang dan kehidupan mereka kembali diberkahi dengan kedamaian serta keberkahan dari para leluhur.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya