Liputan6.com, Bandung - Pemerintah Jawa Barat (Jabar) telah mengirimkan bantuan senilai total Rp186.632.750 pada warga terdampak bencana pergerakan tanah di Desa Cibedug, Kecamatan Rongga, Kabupaten Bandung Barat, pada akhir pekan lalu Sabtu (2/3/2024).
Kepala Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial Dinas Sosial Jabar, Enok Komariah, bantuan tersebut merupakan bantuan gabungan dari Anggaran Pendapatan, dan Belanja Daerah (APBD) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Baca Juga
"Bantuan ini ada yang bersumber dari APBD Jabar senilai Rp42.644.000 dan dari APBN senilai Rp101.735.000," ujar Enok ditulis Bandung, Senin, 4 Maret 2024.
Advertisement
Enok menjelaskan bantuan logistik dari APBD yang disalurkan berupa bahan makanan, seperti mi instan, air mineral, sarden, kornet, liwet instan, abon, dan lainnya.
Sedangkan bantuan dari APBN yang disalurkan berupa bahan makanan, sandang, kasur, kidsware, family kit, alat dapur, tenda gulung, serta 500 kg beras setara senilai Rp5.271.500.
"Semoga bantuan yang diberikan dapat menjadi manfaat bagi masyarakat yang terdampak bencana," kata Kepala Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial Dinas Sosial Kabupaten Bandung Barat Rizal Carda Wir.
Sebanyak 160 warga dari 47 kepala keluarga mengungsi ke Islamic Center pasca terjadinya pergerakan tanah di Desa Cibedug, Pergerakan tanah di desa itu terjadi pada 18 dan 29 Februari 2024.
Bencana ini menyebabkan tanah amblas 5 meter dan beberapa bangunan rusak. Tercatat ada 3 rumah rusak berat, 8 rumah rusak ringan, 36 rumah terancam, dan 1 sekolah dasar rusak berat.
Tim dari Dinas Sosial Jabar juga memantau kegiatan dapur umum dan pengungsian guna memastikan pengungsi terfasilitasi pemenuhan kebutuhan dasarnya.
Â
Tinjauan Pj Gubernur Jabar
Berdasarkan tinjauan langsung oleh Penjabat (Pj) Gubernur Jabar Bey Machmudin ke lokasi pergerakan tanah di Desa Cibedug, Kecamatan Rongga, Kabupaten Bandung Barat, pada Sabtu (2/3/2024).
Bencana gerakan tanah juga terjadi di Desa Cibitung, Kecamatan Rongga, Kabupaten Bandung Barat.
"Hari ini saya meninjau bencana pergeseran tanah di Desa Cibedug, yang terjadi pada tanggal 19 Februari. Tapi ternyata kemudian terjadi susulan pada tanggal 29 Februari di lokasi yang sama," ucap Bey.
Meskipun dalam peristiwa tersebut tidak ada korban jiwa, namun puluhan rumah dan fasilitas umum terdampak termasuk bangunan sekolah yang hancur dan jalan kampung retak, sehingga 192 warga mengungsi.
"Sejak ada tanda-tanda pergeseran (tanah) itu mereka (warga) sudah mengungsi jadi alhamdulillah tidak ada korban jiwa," ungkap Bey.
Selepas meninjau titik lokasi pergerakan tanah, Bey berbincang dengan warga yang terdampak dan akan segera mencarikan solusi terbaik apakah harus di relokasi ataukah tetap tinggal disana.
Bey menyampaikan bahwa dirinya sudah berkoordinasi dengan pihak BNPB, BMKG dan PVMBG untuk menunggu hasil quick asesmen.
"Nah sekarang terkait dengan relokasi apakah mereka boleh kembali kita menunggu hasil asesmen dari BNPB, BMKG dan juga PVMBG besok hari senin dari hasil itu dilihat apakah direlokasi atau tetap disana tetapi tetap yang utama adalah keselamatan warga yang utama," ungkap Bey.
Apabila nanti hasilnya harus direlokasi, Bey telah berbicara dengan Kepala BNPB dan akan membantu relokasi hunian.
Namun, yang paling penting menurutnya yaitu hasil asesmen bisa keluar lebih cepat agar masyarakat segera mendapatkan kepastian.
"Saya juga berkoordinasi dengan kepala BNPB setelah hasil quick asesmen seperti apa akan memberikan bantuan juga ke masyarakat yang terdampak. Terutama kalau relokasi, BNPB akan membantu untuk membangun rumah," ungkap Bey.
Bey juga mengimbau kepada masyarakat untuk selalu waspada dengan cuaca ekstrem, BMKG juga memprediksi bahwa curah hujan tinggi akan terjadi sampai Maret-April.
"Ya ini sejak awal BMKG memprediksikan bahwa curah hujan ekstrem akan terjadi sampai bulan Maret sampai April. Nah itu memang harus berhati-hati kurangi kegiatan diluar ruang terutama kalau sedang terjadi hujan jadi sebaiknya ada hujan atau cuaca ekstrem mencari tempat yang aman," tutur Bey.
Bey mengapresiasi kesadaran masyarakat Desa Cibedug dan Desa Cibitung yang mau mengungsi setelah adanya tanda-tanda akan terjadinya pergerakan tanah. Hal itu membuat tidak adanya korban jiwa dalam kejadian tersebut.
"Dan ini salah satu contoh bagaimana masyarakat sudah mengantisipasi jadi kesadaran akan terjadinya bencana dan sudah mau masyarakat itu bersama sama untuk mengamankan bahwa yang utama adalah keamanan yang penting masyarakat langsung mau untuk mengungsi setelah adanya tanda tanda akan terjadinya pergeseran tanah," sebut Bey.
Â
Advertisement
Penjelasan PVMBG Soal Tipe Gerakan Tanah
Berdasarkan data Badan Geologi, dilaporkan Koordinator Gerakan Tanah Badan Geologi, Oktory Prambada, secara keseluruhan ada sekitar 192 jiwa yang terdampak bencana tersebut. Mereka kini terpaksa dievakuasi ke tempat pengungsian sementara.
"Seluruh warga yang berada di RT 04 dan 03 harus dievakuasi dan kini tinggal dipengungsian sementara. Terdapat 192 jiwa terdampak bencana alam tersebut," kata Oktory secara tertulis, Sabtu, 2 Maret 2024 dicuplik dari kanal Regional Liputan6.com.
"Selain itu, terdapat bangunan sekolah dasar yang hancur total, posyandu serta puluhan rumah warga dalam kondisi serupa," tambah Oktory.
Jenis gerakan tanah diperkirakan berupa rayapan yang merupakan jenis gerakan tanah tipe lambat. Gerakan tanah itu dicirikan dengan ditemukannya retakan, nendatan dan amblasan pada permukaan tanah
"Belum ditemukan indikasi likuifaksi yang berkaitan dengan kejadian tersebut," jelas Oktory.
Diketahui, bencana gerakan tanah tersebut teridentifikasi terjadi pada 18 Februari 2024 pukul 22.00 WIB setelah hujan dengan intensitas tinggi dan lama.
Data Badan Geologi menyebutkan, 1 rumah rusak berat, 6 rumah rusak ringan, dan 32 rumah terancam. Selain itu, 1 fasilitas umum yakni gedung SDN Babakan Talang 1 rusak berat, mengalami amblas kurang lebih 20 cm.
Â
Faktor Penyebab
Plt Kepala Badan Geologi, M Wafid menyampaikan, ada beberapa faktor yang mengakibatkan terjadinya bencana gerakan tanah di Bandung Barat, yakni faktor kemiringan lereng yang curam.
Faktor lainnya adalah bidang lemah berupa kontak antara tanah pelapukan dengan batuan yang bersifat lebih kedap dan berfungsi sebagai bidang gelincir.
"Serta curah hujan yang tinggi sebelum dan pada saat terjadinya bencana," jelas Wafid.
Berdasarkan analisis dari data sekunder yg tersedia di Badan Geologi, lanjut Wafid, secara umum lokasi bencana merupakan perbukitan bergelombang dengan kemiringan lereng landai sampai curam. Ketinggian lokasi gerakan tanah berada di 990 meter di atas permukaan laut.
"Berdasarkan Peta Geologi Lembar Sindangbarat Bandarbaru, Jawa (M. Koesmono, Kusnama, N. Suwarna, 1996), daerah bencana tersusun oleh Formasi Cimandiri (Tmc) yang terdiri dari perselingan batulempung, batulanau dan batupasir, setempat gampingan dan setempat meliputi endapan lahar yang tersusun dari tuf, breksi andesit dan breksi tuf," terang Wafid.
Berdasarkan peta prakiraan gerakan tanah Badan Geologi, Kecamatan Rongga diketahui termasuk dalam zona potensi gerakan tanah Menengah - Tinggi.
Artinya, daerah tersebut mempunyai potensi menengah hingga tinggi untuk terjadi gerakan tanah.
"Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, sedangkan gerakan tanah lama dapat aktif kembali," terang Wafid. (Arie Nugraha)
Advertisement