Liputan6.com, Solo - Masyarakat Kota Solo selalu memiliki tradisi menarik dalam menyambut Ramadan. Beberapa tradisi ini kental dengan kebersamaan dan keagamaan.
Mengutip dari surakarta.go.id, salah satu tradisi tersebut adalah padusan. Tradisi ini merupakan sebuah upacara penyucian diri yang dilakukan sebelum memasuki bulan suci Ramadan.
Padusan berasal dari kata adus yang dalam bahasa Jawa berarti mandi. Sesuai namanya, tradisi ini mengharuskan individu untuk membersihkan diri di sumber air yang tersedia dengan tujuan membersihkan tubuh dan jiwa menjelang Ramadan.
Advertisement
Baca Juga
Padusan di Kota Solo menjadi momen yang sangat dinanti-nantikan, terutama oleh para remaja. Mereka akan memadati beberapa kolam renang, salah satunya Tirtomoyo Manahan Solo, di sisi utara Stadion Manahan.
Selain Padusan, Kota Solo juga memiliki tradisi lain menyambut Ramadan yang masih dilestarikan hingga kini, yaitu Nyadran. Nyadran menjadi bagian penting dari persiapan menyambut Ramadan di Kota Solo dan sekitarnya.
Nyadran adalah tradisi di mana para warga mengunjungi makam keluarga dan leluhur mereka untuk mendoakannya. Selain itu, mereka juga akan membersihkan makam dan menaburkan bunga sebagai tanda penghormatan.
Selain padusan dan nyadran, Kota Solo juga menghidupkan tradisi pembagian bubur samin di Masjid Darussalam Jayengan Solo. Awalnya, bubur samin merupakan hidangan khas warga Banjar Kalimantan.
Sajian tersebut kini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari Ramadan di Solo. Meski berasal dari luar Jawa, tradisi ini telah lama diterima dan dilestarikan oleh masyarakat setempat.
Keberadaan tradisi-tradisi menyambut Ramadan di Kota Solo ini sekaligus memperkaya warisan budaya Indonesia. Tak hanya sebagai bagian dari ibadah, Ramadan di Kota Solo juga menjadi momen mempererat tali persaudaraan dan kebersamaan.
(Resla)
Â