Liputan6.com, Jakarta - Penguatan budaya baca dan literasi menjadi salah satu dari tiga program besar yang menjadi fokus utama Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) pada 2024.
Dalam Diskusi Kelompok Terpumpun sesi Pembahaan Isu Penguatan Budaya Baca dan Literasi pada Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Bidang Perpustakaan 2024, Rabu (15/5/2024), Perpusnas menghadirkan narasumber yang berbagi praktik baik mengenai upaya penguatan budaya dan literasi.
Dusun Purwobakti di Kabupaten Bungo, Jambi, kini dikenal sebagai desa literat berkat upaya sukses pemerintah desa dalam mendekatkan perpustakaan dengan masyarakat.
Advertisement
Kepala Desa Purwobakti, Lenny Maryani, menjelaskan bahwa keberhasilan ini tidak lepas dari dukungan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) dan Perpustakaan Kabupaten Bungo. Dukungan tersebut berupa hibah Mobil Perpustakaan Keliling, televisi, dan komputer.
Lenny mengungkapkan tantangan dalam memajukan perpustakaan desa, terutama dalam memotivasi masyarakat untuk terus semangat membaca.
"Tidak mudah, pasti ada tantangannya karena kita mau meraih hasil yang baik. Itulah tantangan kita, bagaimana perpustakaan desa bisa memotivasi untuk terus semangat membaca," ucapnya
Berbagai strategi telah dilakukan, termasuk sosialisasi manual melalui brosur, website resmi desa, dan media sosial. Fasilitas perpustakaan juga ditingkatkan, seperti menyediakan Wi-Fi dan menganggarkan gaji untuk staf perpustakaan
"Alhamdulillah sampai sekarang ini tidak ada permasalahan dalam penganggaran dana desa untuk mendukung kegiatan perpustakaan. Kami menganggarkan untuk layanan WI-Fi, penambahan buku koleksi, bahkan staf perpustakaan dianggarkan Rp 1,8 juta per bulan," tambahnya.
Lenny mengatakan perpustakaan desa tidak hanya menerima kunjungan pinjam buku, tetapi juga menyediakan layanan bimbingan belajar gratis bagi anak-anak. Bahkan, pihaknya menggunakan mobil ambulance digunakan untuk mengantar anak-anak sekolah ke perpustakaan.
"Kami menarik masyarakat dengan cara ini supaya bisa mengubah citra perpustakaan desa menjadi lebih baik. Bagi masyarakat yang ekonominya menengah ke bawah, silakan datang ke perpustakaan. Kita jemput anak sekolah dengan mobil ambulance," tegasnya.
9 Rekomendasi
Sementara itu, Ketua Umum Perkumpulan Literasi Indonesia, Wien Muldian, menekankan pentingnya gotong royong dalam memperkuat budaya baca dan literasi. Menurutnya, literasi harus dimulai dari keluarga dan didukung dengan pemanfaatan teknologi yang berkembang selama pandemi.
"Perpustakaan perlu adaptif terhadap perkembangan teknologi dan memanfaatkan platform online untuk pembelajaran literasi," ungkapnya.
Wien juga menekankan pentingnya keberagaman konten lokal dalam mengembangkan literasi. Ia menceritakan pengalaman mengelola perpustakaan Baca Di Tebet, dimana pengunjung dapat membaca sambil melakukan berbagai aktivitas lain. Namun, ia mengingatkan bahwa model ini harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat di tingkat lokal.
"Kita harus menyesuaikan layanan yang kita kembangkan berbasis kebutuhan masyarakat di tingkat lokal. Tidak bisa memaksa tren di kota besar ini dibawa langsung ke perpustakaan," jelasnya.
Dia menegaskan aktivitas literasi harus berkelanjutan dan memiliki dampak nyata. "Jangan hanya membuat peristiwa literasi, tetapi pikirkan tindak lanjutnya dan dampaknya bagi masyarakat," tegasnya.
Pada kesempatan itu, Wien menyampaikan sembilan rekomendasi kerja kolektif untuk penguatan budaya baca. Diantaranya, mempermudah akses kepada perpustakaan, pengembangan an sinergitas koleksi bahan bacaan di masyarakat, pengelolaan ragam aktivitas membaca, jejaring kolaborasi dengan komunitas dan kemitraan berdasar kewilayahan yang didukung regulasi, sumber daya manusia dalam aktivitas membaca, penguatan kelembagaan perpustakaan, kegiatan perpustakaan berbasis komunitas, merancang agenda Gerakan dan kampanye, serta pendokumentasian, evaluasi an tindak lanjut program literasi dan daya baca.
Advertisement