Liputan6.com, Denpasar - Made Ayu Dian Pratiwi siswa SMA 1 Singaraja, Bali ini ingin membawa isu dampak perundungan di sekolah terhadap kondisi kesehatan mental remaja ke forum internasional
Menurut dia perundungan merupakan masalah nyata yang dampak negatifnya semakin terasa hari demi hari. Ia menyevut dari perasaan tidak aman, rendah diri, dan ketidakmampuan untuk mengatasi tekanan sosial adalah beberapa dampak negatif dari perundungan yang dapat mempengaruhi kesehatan mental remaja.
Ia mengaku menjadi saksi hidup bagaimana kondisi kesehatan mentalnya sedikit demi sedikit terdampak oleh perundungan yang pernah ia alami saat duduk di bangku sekolah.
Advertisement
Baca Juga
“Seringkali orang masih salah paham, bahkan memberi stigma negatif saat mendiskusikan kesehatan mental. Padahal masalah kesehatan mental, seperti kecemasan, depresi atau stress dapat mengganggu produktivitas kita di sekolah," kata dia kepada Liputan6.com di Denpasar, Rabu (29/4/2024).
Bahkan, dirinya melanjutkan kondisi tersebut dapat mendorong kecenderungan remaja untuk bunuh diri. "Mereka (korban perundungan) akan takut untuk pergi ke sekolah, bahkan bisa berujung pada niat bunuh diri,”" ujar dia.
Perundungan Jadi Masalah Serius
Berbekal dari pengalaman perundungan yang pernah ia alami membuat siswi yang karib disapa Dian itu terpanggil untuk meningkatkan kesadaran publik terhadap kondisi kesehatan mental mereka. Dirinya kemudian mempelajari bahwa diplomasi internasional memegang peranan penting dalam melakukan hal tersebut.
“Saya jadi paham bahwa diplomasi memiliki peran yang krusial dalam menemukan solusi untuk mengatasi masalah sosial seperti perundungan. Kita bisa bekerja sama dengan negara-negara lain untuk membagikan praktik dan menangani kasus perundungan remaja di sekolah," ujar siswa yang pernah menjadi juara 2 Olimpiade IPS Nasional ini.
Dian yang bercita-cita untuk menjadi psikolog berharap kelak ketika menjalani profesi tersebut, ia dapat memberikan bantuan dan dukungan kepada individu yang membutuhkan dalam mengatasi masalah mental dan emosional mereka.
“Saya sangat tertarik untuk mendalami ilmu psikologi dan menjadi seorang psikolog memberikan saya kesempatan untuk membantu orang lain dalam mengatasi masalah mental dan emosional mereka," kata dia.
Sementara itu, untuk mewujudkan mimpinya untuk mengurangi tindakan perundungan dan menjaga kesehatan mental remaja, ia yang terpilih sebagai salah satu perwakilan Indonesia di acara Model United Nations (MUN) yang akan diselenggarakan pada 2-5 Agustus 2024 mendatang di Malaysia akan menusung isu perundungan di sekolah.
"Dengan terlibat dalam debat, negosiasi, dan kegiatan pemecahan masalah, saya akan mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan meningkatkan kemampuan saya untuk mengartikulasikan ide-ide saya secara efektif," kata siswi yang pernah menjadi juara 1 lomba fotografi nasional ini.
Untuk diketahui MUN adalah acara simulasi sidang PBB yang menjadi ajang di mana pesertanya berperan sebagai delegasi dari berbagai negara dan membahas isu-isu global. Kegiatan ini menawarkan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan berbicara di depan umum, negosiasi, dan pemecahan masalah melalui debat dan diskusi tentang topik-topik internasional.
"Saya berencana untuk aktif terlibat dalam kegiatan sosial untuk memberikan dukungan dan bantuan kepada remaja yang menjadi korban perundungan. Memberikan perhatian dan support, dapat membantu mereka pulih dari trauma yang dialami akibat tindakan tersebut," ucapnya.
Kondisi keuangan orang tuanya saat ini belum memungkinkan untuk menyediakan biaya bagi Dian mengikuti acara MUN. Tetapi hal tersebut tidak membuat Dian patah semangat. Ia dengan penuh semangat mencari dukungan, baik moral dan finansial, dari pemerintah setempat dan lembaga terkait lainnya.
"Saat ini saya sedang mencari sponsor yang dapat membiayai keperluan saya mengikuti MUN agar saya dapat berpartisipasi dalam acara tersebut dan satu langkah lebih dekat untuk mewujudkan cita-cita saya," pungkas dia.
Advertisement