Ibu Hamil Terjangkit DBD? Simak Sejumlah Cirinya

Ibu hamil yang digigit nyamuk DBD tetapi tidak mengalami kebocoran plasma biasanya hanya terkena demam dengue. Kondisi ini umumnya tidak bergejala atau hanya bergejala ringan.

oleh Arie Nugraha diperbarui 29 Jun 2024, 14:00 WIB
Diterbitkan 29 Jun 2024, 14:00 WIB
ibu hamil nyeri bahu
Nyeri bahu pada ibu hamil./Copyright shutterstock.com/g/wongszeyuen

Liputan6.com, Bandung - Kasus demam berdarah dengue (DBD) menjadi isu kesehatan masyarakat Indonesia yang semakin penting saat ini.

Hingga pekan ke-22 tahun 2024, Kementerian Kesehatan RI telah mencatat 119.709 kasus demam berdarah dengan 777 kematian di 34 provinsi di Indonesia.

Angka ini melonjak drastis hingga tiga kali lipat bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Penderitanya dari berbagai kelompok masyarakat termasuk salah satunya ibu hamil. Menurut General Practitioner dr Damar Upahita di laman Hello Sehat, mengenali ciri-ciri DBD sedini mungkin sangatlah penting, terutama pada ibu hamil.

"Pasalnya, DBD selama kehamilan tak hanya membahayakan ibu, tapi juga janin," ujar Damar dicuplik Kamis, 27 Juni 2024.

Damar mengutip laman Centers for Disease Control and Prevention (CDC) AS, gigitan nyamuk Aedes aegypti pada ibu hamil dapat menimbulkan berbagai gejala berikut:

- Demam tinggi lebih dari 38°C yang biasanya berlangsung selama 3–7 hari.

- Perubahan suhu tubuh dari demam tinggi menjadi di bawah 35°C (hipotermia) hingga menyebabkan tubuh menggigil.

- Sakit perut yang cukup parah.

- Nyeri otot dan sendi.

- Muntah terus-menerus.

- Trombosit menurun drastis.- Gusi dan hidung berdarah.

- Gejala syok, seperti gelisah, keringat dingin, serta denyut jantung yang meningkat tapi lemah.

- Muncul bintik merah pada kulit akibat perdarahan di dalam tubuh.

- Penumpukan cairan di antara dua lapisan pleura (efusi pleura atau paru-paru basah).

- Penumpukan cairan di perut (asites).

"Tidak semua gigitan nyamuk Aedes aegypti menyebabkan demam berdarah dengue (DBD) pada ibu hamil," ungkap Damar.

Damar menerangkan ibu hamil yang digigit nyamuk DBD tetapi tidak mengalami kebocoran plasma biasanya hanya terkena demam dengue. Kondisi ini umumnya tidak bergejala atau hanya bergejala ringan.

Berbagai ciri DBD biasanya mulai terasa pada hari ke-4 hingga ke-10 setelah ibu hamil digigit nyamuk. Jika dibiarkan, ibu hamil bisa mengalami komplikasi DBD yang bersifat fatal.

"Demam berdarah dengue pada ibu hamil juga disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus yang sudah terinfeksi virus dengue," jelas Damar.

Selain gigitan nyamuk, laman World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa dalam kasus langka, DBD bisa ditularkan melalui transfusi darah atau transplantasi organ dari orang yang sudah terinfeksi.

Ibu hamil akan lebih berisiko merasakan ciri-ciri DBD di atas jika sudah pernah terkena demam dengue.

"Semakin sering seseorang mengalami demam dengue, semakin besar pula kemungkinan kondisi tersebut berkembang menjadi DBD," lanjut Damar.

Selain itu, ibu hamil memang lebih berisiko terkena DBD. Ini karena perubahan sistem kekebalan tubuh selama kehamilan membuat ibu hamil lebih mudah terinfeksi, termasuk virus dengue.

Meski bisa ditemukan di setiap wilayah, demam berdarah diketahui lebih banyak menyerang ibu hamil di daerah tropis, seperti Indonesia.

 

Kondisi Janin Saat Ibu Terjangkit DBD

Infeksi virus dengue pada ibu hamil bisa ditularkan ke janin selama kehamilan, bahkan ketika proses melahirkan. Inilah alasan DBD pada ibu hamil dinilai cukup berbahaya.

Jika tidak segera diatasi, DBD saat hamil bisa menimbulkan berbagai komplikasi seperti berikut:

- Bayi lahir dalam kondisi meninggal (stillbirth).

- Berat bayi lahir rendah.

- Kelahiran prematur yang mengakibatkan pertumbuhan organ bayi belum sempurna.

- Keguguran, terutama jika ibu hamil mengalami demam berdarah pada trimester awal.

Dengan berbagai risiko tersebut, penting bagi ibu hamil untuk segera ke dokter kandungan jika merasakan ciri-ciri DBD.

"Terlebih, beberapa ciri-ciri DBD memang menyerupai kondisi lain, seperti sindrom HELLP, pneumonia, emboli paru, dan perdarahan vagina," ungkap Damar.

Damar menegaskan tidak ada obat khusus untuk menyembuhkan DBD pada ibu hamil. Pengobatan DBD bertujuan untuk meringankan gejala dan mencegah perkembangan infeksi.

DBD bisa sembuh dengan sendirinya ketika sistem kekebalan tubuh berhasil melawan infeksi.

Berikut ini adalah perawatan yang bisa diterima ibu hamil ketika merasakan ciri-ciri DBD. Pengobatan ini secara umum tidak berbeda dari pasien yang tidak hamil:

- Meningkatkan asupan air putih, termasuk melalui cairan infus.

- Memberikan obat pereda nyeri.

- Terapi elektrolit.

- Transfusi darah.

- Memantau tekanan darah secara berkala.

- Terapi oksigen.

"Perlu diingat bahwa ibu hamil tidak boleh minum obat sembarangan. Oleh karena itu, pastikan bahwa obat yang Anda minum untuk meringankan DBD sudah disetujui dokter," kata Damar.

 

Pencegahan DBD pada Ibu Hamil

Memiliki pengalaman demam berdarah saat hamil tentu bukanlah kenangan yang indah. Untungnya, ibu hamil bisa melakukan beberapa tindakan berikut untuk mencegah penyebaran virus dengue dari nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus.

- Menjaga kebersihan lingkungan dan menutup genangan air di sekitar rumah.

- Mengenakan pakaian longgar berwarna terang dan menutupi lengan serta kaki untuk mencegah gigitan nyamuk.

- Menggunakan kelambu di malam hari dan menggunakan losion antinyamuk bila perlu. Hindari penggunaan obat nyamuk semprot.

- Menjaga kondisi kamar tetap sejuk karena nyamuk cenderung suka tempat yang hangat dan panas.- Menghindari bepergian ke tempat yang terjangkiti wabah DBD.

"Menjaga gaya hidup tetap sehat selama kehamilan juga menjadi cara yang tepat untuk mencegah DBD," ucap Damar.

Pasalnya, tubuh yang sehat memiliki sistem imun yang kuat. Dengan begitu, risiko infeksi akan menurun.

Selain itu, pastikan untuk melakukan pemeriksaan kandungan secara rutin. Meski tidak merasakan gejala janin bermasalah, pemeriksaan kandungan rutin tetap perlu dilakukan.

Tidak hanya bagi ibu hamil, pola hidup bersih dan sehat (PHBS) juga sudh semestinya diterapkan oleh seluruh kelompok masyarakat. Hal itu bukan hanya berlaku saat maraknya kasus DBD.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya