Viral Video Orangutan Setinggi Rumah Masuk ke Permukiman Warga, Diduga di Kaltim

Video orangutan berukuran setinggi rumah masuk ke permukiman warga viral di media sosial.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 09 Jul 2024, 09:18 WIB
Diterbitkan 09 Jul 2024, 09:18 WIB
Orangutan
Video orangutan berukuran setinggi rumah masuk ke permukiman warga viral di media sosial. (Liputan6.com/ Dok Ist)

Liputan6.com, Jakarta - Video orangutan setinggi rumah masuk ke permukiman warga viral di media sosial. Orangutan dalam video tersebut dinarasikan muncul di Kutai Timur, Kalimantan Timur. Video tersebut diunggah ulang di banyak akun media sosial hingga viral.

Pihak Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kaltim mengaku sedang melakukan upaya identifikasi. "Dari kemarin kita sudah melakukan upaya identifikasi dan penelusuran dari media social dan lain-lain. kemudian juga dari kemarin sampai hari ini teman-teman WRU (Wildlife Rescue Unit), kami juga mencari lokasi yang dimaksud," kata Kepala BKSDA Kaltim Ari Wibawanto.

Ari juga mengatakan, kabar orangutan setinggi rumah warga itu pun menjadi simpang siur setelah orang yang mengunggah pertama kali video tersebut telah men-take down unggahannya.

"Jadi agak susah kita mencari inofrmasi lebih lanjut, tapi kita tetap mencari lokasinya," kata Ari.

Sampai sejauh ini pihaknya belum bisa memastikan di mana lokasi orangutan tersebut.

Ari juga mengatakan, jika dilihat betul-betul pengambilan angle videonya, video tersebut diambil dari bawah (low angle). Posisi rumah juga kita tidak tahu jaraknya seberapa jauh dari orangutan.

"Jadi itu karena angle aja sih, kesannya jadi besar," katanya.

 

Mengapa Orangutan Masuk Permukiman Warga?

Sementara itu, Sarasi aktivis Youth Act Kalimantan, saat dihubungi Liputan6.com mengatakan, ada banyak kemungkinan mengapa orangutan bisa masuk ke permukiman warga. Pertama, lokasi permukiman ada di pinggiran hutan. Kedua,  pembabatan hutan untuk dijadikan lahan sawit dan tambang, sehingga habitat orangutan terganggu.

"Faktor ketiga menipisnya sumber makanan di hutan, dan pembangunan infrastruktur yang tidak ramah lingkungan, seperti pembelahan hutan untuk pembangunan jalan dan akses lainnya," kata Sarasi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya