Liputan6.com, Jakarta - Peringatan darurat "Indonesia Gelap" bergema di media sosial sebagai ungkapan kekecewaan atas kebijakan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto yang baru lewat 100 hari. Dalam perkembangan narasinya, template tuntutan ini tidak hanya disebarkan dalam Bahasa Indonesia, namun juga sejumlah bahasa asing.
"Habis terjemahin #IndonesiaGelap buat temen-temen Brasil gua. Kata gua, kalau lu udah di luar atau bisa bahasa asing lain, TERJEMAHIN terus SEBARIN sih. Jangan ngendep di Indonesia aja, biar komunitas internasional pada tau! Kita bisa lawan pakai bahasa!" cuit seorang pengguna X, Selasa, 18 Februari 2025.
Advertisement
Baca Juga
"Silakan terjemahkan masing-masing, bahasa daerah, bahasa negara lain, apapun, sebarkan! Oh ya tambahan, press release kalau ada tolong sebarkan jangan hanya ke kontak jurnalis lokal, tapi ke jurnalis internasional yang kredibel. Kalau bisa terjemahkan lagi, khususnya buat negara-negara berpopulasi besar tapi bukan yang anglofon," imbuhnya.
Advertisement
Menanggapi seruan itu, sejumlah warganet langsung bergerak. Seruan "Indonesia Gelap" dalam sederet bahasa asing, mulai dari Bahasa Inggris, Italia, Prancis, Rusia, Mandarin, Tagalog, Vietnam, Korea, Jepang, Arab, Ceko, sampai Turki bermunculan. Beberapa bahasa daerah, termasuk Jawa, juga tidak absen.
Dalam Bahasa Indonesia, peringatan itu berbunyi, "PERINGATAN DARURAT. Anggaran pendidikan dipangkas. Kekerasan aparat tak kunjung diusut tuntas. Proyek Strategis Nasional merusak lingkungan dan merampas penghidupan Masyarakat Adat. Pelanggaran berat HAM disambut impunitas, hutang negara atas keadilan bagi korban tak kunjung lunas."
"Habis gelap, terbitlah perlawanan. #IndonesiaGelap Kita berhak mengawal kebijakan negara, dan bersuara agar setiap kebijakan yang berdampak ke hidup kita didasari keberpihakan pada kesejahteraan kita!"
Mahasiswa Diminta Tanggalkan Almamater
Bersama itu, warganet menandai akun media sosial sejumlah media asing di berbagai negara untuk meliput isu ini. "Biar pemerintah tau tuntutan kita serius. Kita bikin mereka malu di dunia internasional," kata salah satu warganet.
Juga bertajuk "Indonesia Gelap," Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) telah menggelar aksi demontrasi sekitar Patung Kuda, Jakarta Pusat, Senin, 17 Februari 2025. Aksi serupa disuarakan berlangsung Jumat, 21 Februari 2025. "Memanggil seluruh warga sipil sekalian! JUMAT, 21 FEBRUARI 2025.#IndonesiaGelap," cuit akun X @barengwarga, Selasa.
Mereka juga meminta mahasiswa untuk menanggalkan almamater mereka. "Copot Almamater kalian, satukan identitas: Warga sipil!" sebut akun tersebut. "Meleburlah sepenuhnya dalam barisan aksi. Kalian bukan pelopor. Kalian tidak punya tugas sejarah. Kalian hanyalah katalisator bagi pemberontakan yang akan datang."
"SEJAK 2019, KAMI KERAP MENGAMATI INSIDEN BURUK DARI JALANAN. Hal ini terjadi baik dalam gelombang unjuk rasa Reformasi Dikorupsi (2019), Tolak Omnibus Law (2020) dan Peringatan Darurat Demokrasi (2024)."
"Laporan yang didapatkan antara lain: 1. MAHASISWA MENETRALISIR KEMARAHAN MASSA. 2. MAHASISWA MENGUSIR, MENYERANG DAN BAHKAN MENYERAHKAN MASSA AKSI YANG TIDAK MEMAKAI ALMAMATER KEPADA POLISI. 3. MAHASISWA MENGUTUK DEMONSTRAN NON-MAHASISWASEBAGAI PENYUSUP DAN PROVOKATOR."
Advertisement
Tuai Pro Kontra
Namun demikian, seruan tersebut menuai pro kontra. "Kontennya bagus luar biasa, narasi dan redaksi tersusun dengan sistematis, tapi tujuan dan maksudnya aku gatau buat apa, jangan adu domba rakyat dan mahasiswa," kata salah satu warganet.
Yang lain menyambung, "Udah bener seruan gini nih, copot almamater Kadang mahasiswa juga maunya ekslusif sih, non almamater dianggap provokator, padahal banyak masyarakat juga yg mau ikut turun ke lapangan."
Ada juga yang berkomentar, "Alasan pake almamater itukan banyak, bukan niat jadi ekslusifitu identitas, penjagaan rekan meminimalisir penyusup.jujur sbg mahasiswa klo udah rusuh kita pasti saling cari dan lindungi rekan terdekat dulu, kalau gatau mana kawan dan lawan jelas takut banget."
"Sebenernya ini tentang merangkul dan waspada aja. Kalo ada ajakan aneh, kayak serangan fisik, ya nggak perlu dieksekusi," sebut seorang pengguna. "Terserah deh gimana asal kita nggak ribut di antara rakyat karena suaranya harus disatuin buat nuntut pemerintah," kata yang lain.
Tuntutan Demo Indonesia Gelap
Kanal News Liputan6.com melaporkan, Koordinator Pusat BEM SI, Herianto, mengatakan ada sejumlah tuntutan mahasiswa dalam unjuk rasa "Indonesia Gelap." Salah satunya, meminta Prabowo mencabut Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 tahun 2025 tentang Efisiensi Anggaran yang dinilai merugikan masyarakat.
"Menuntut Presiden mencabut Inpres nomor 1 tahun 2025 yang merugikan rakyat," kata Herianto saat dihubungi, Senin 17 Januari 2025. Selain itu, BEM SI menuntut transparansi status pembangunan dan keseluruhan program Makan Bergizi Gratis (MBG).
BEM SI juga menolak revisi UU Minerba dan dwifungsi TNI, serta meminta RUU Perampasan Aset disahkan. "Aksi ini merupakan bentuk perlawanan terhadap berbagai kebijakan pemerintah yang dinilai semakin menjauh dari prinsip keadilan sosial, demokrasi, dan kesejahteraan rakyat," kata Satria Naufal, Koorpus BEM SI Kerakyatan, Senin.
Tuntutan massa Indonesia Gelap salah satunya mengenai pendidikan gratis, ilmiah, dan demokratis, serta batalkan pemangkasan anggaran pendidikan. Menurut Satria, anggaran pendidikan yang layak adalah hal penting untuk memastikan seluruh rakyat akses pendidikan murah dan layak.
"Pendidikan adalah hak fundamental setiap warga negara. Pemangkasan anggaran pendidikan hanya akan memperdalam ketimpangan akses pendidikan dan memperburuk kualitasnya. Selain itu mahasiswa meminta untuk melakukan evaluasi Proyek Strategis Nasional bermasalah hingga penolakan revisi UU Minerba," ujarnya.
Advertisement
