BI Diramal Turunkan Suku Bunga, Simak Rekomendasi Saham Perbankan?

Bank Indonesia (BI) diprediksi akan kembali memangkas suku bunga acuan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang diumumkan hari ini, Rabu 19 Februari 2025

oleh Pipit Ika Ramadhani Diperbarui 19 Feb 2025, 12:00 WIB
Diterbitkan 19 Feb 2025, 12:00 WIB
Pembukaan Awal Tahun 2022 IHSG Menguat
Pekerja melintas di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Senin (3/1/2022). Pada pembukan perdagagangan bursa saham 2022 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung menguat 7,0 poin atau 0,11% di level Rp6.588,57. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) diprediksi akan kembali memangkas suku bunga acuan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang diumumkan hari ini, Rabu 19 Februari 2025. Prediksi ini muncul seiring dengan rendahnya inflasi, daya beli yang masih lemah, serta stabilnya nilai tukar rupiah. Sentimen ini pun mendorong optimisme pasar terhadap kebijakan moneter BI ke depan.

"Perkiraan untuk suku bunga nanti, menurut saya BI bisa cut 25bps sebagai respon inflasi dan daya beli yang rendah dan stabilnya nilai tukar rupiah," kata Pengamat Pasar Modal, Lanjar Nafi kepada Liputan6.com, Rabu (19/2/2025).

Selain itu, sektor perbankan masih menunjukkan kinerja yang cukup baik, meskipun laba bersih dan pendapatan bunga beberapa bank tidak sepenuhnya memenuhi ekspektasi.

Namun, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tetap optimistis terhadap pertumbuhan kredit perbankan di Indonesia tahun ini, yang diperkirakan berada di kisaran 9-11%.

"Hal ini menunjukkan bahwa prospek sektor perbankan masih positif," imbuh Lanjar.

Outlook Industri Perbankan

Di sisi lain, lembaga pemeringkat efek tetap mempertahankan outlook positif terhadap industri perbankan, bahkan menegaskan peringkat AAA untuk beberapa bank BUMN berkapitalisasi besar.

Lembaga keuangan global juga meningkatkan rekomendasi overweight untuk saham perbankan, mengacu pada stabilitas keuangan dan kekuatan fundamental bisnis sektor ini.

Dengan kondisi tersebut, rekomendasi investasi untuk saham perbankan masih cenderung positif. Saham bank-bank besar, terutama big four seperti BBCA, BMRI, BBNI, dan BBRI. Saham-saham tersebut dinilai menarik bagi investor asing dan menjadi pilihan utama untuk dikoleksi.

"Rekomendasi dari saya buy untuk saham-saham perbankan terutama big fout yang menjadi proxi investor asing," kata Lanjar. Keputusan BI mengenai suku bunga akan menjadi faktor kunci dalam pergerakan saham sektor perbankan ke depan. Jika BI benar-benar memangkas suku bunga, hal ini berpotensi menjadi katalis positif bagi perbankan, mendorong pertumbuhan kredit, serta meningkatkan sentimen investor di pasar modal.

 

Asing Mulai Borong Saham Perbankan

Terjebak di Zona Merah, IHSG Ditutup Naik 3,34 Poin
Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). Sejak pagi IHSG terjebak di zona merah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Saham perbankan kembali menjadi pusat perhatian di pasar modal setelah aksi beli besar-besaran oleh investor asing dalam beberapa hari terakhir. Data menunjukkan net buy asing mencapai Rp 798 miliar di saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), Rp 256 miliar di PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan Rp 114 miliar di PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).

Pengamat pasar Modal sekaligus Founder Stocknow.id, Hendra Wardana, lonjakan minat ini mencerminkan kepercayaan tinggi terhadap sektor perbankan yang didukung oleh kebijakan ekonomi, prospek kinerja solid, serta sentimen positif dari dividen dan program buyback. Salah satu faktor utama yang mendukung reli saham perbankan adalah kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE), yang mewajibkan eksportir menempatkan 100% dananya di dalam negeri selama 12 bulan.

“Kebijakan ini berpotensi meningkatkan likuiditas di sektor perbankan, yang dapat menjadi tambahan modal untuk ekspansi kredit. Namun, dampaknya masih perlu diamati lebih lanjut, terutama apakah dana tersebut benar-benar akan masuk ke perbankan atau tersalurkan ke instrumen lain,” kata Hendra.

Dari sisi fundamental, sektor perbankan tetap menunjukkan kinerja yang solid, dengan pertumbuhan kredit yang stabil di segmen konsumsi dan UMKM. Menjelang musim pembagian dividen, saham-saham bank semakin menarik karena rasio dividen yang tinggi.

BBRI, misalnya, berencana membagikan 80-85% laba tahun buku 2024 sebagai dividen, sementara BMRI dan BBNI juga diperkirakan meningkatkan pembagian dividen dibanding tahun sebelumnya.

“Selain itu, rencana buyback saham oleh beberapa bank besar semakin memperkuat sentimen positif di pasar, menunjukkan keyakinan manajemen terhadap valuasi saham mereka,” ujar Hendra.

 

Pilihan Utama

IHSG Dibuka di Dua Arah
Pekerja melintas di dekat layar digital pergerakan saham di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (14/10/2020). Pada pembukaan perdagangan pukul 09.00 WIB, IHSG masih naik, namun tak lama kemudian, IHSG melemah 2,3 poin atau 0,05 persen ke level 5.130, 18. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Menurut Hendra, sektor perbankan saat ini masih menjadi pilihan utama investor karena memiliki fundamental yang kuat dan didukung oleh kebijakan makroekonomi yang positif.

“Lonjakan net buy asing di saham-saham perbankan menunjukkan kepercayaan tinggi terhadap sektor ini. Likuiditas yang lebih besar dari kebijakan DHE bisa menjadi katalis tambahan bagi ekspansi kredit. Selain itu, dividen yang besar dan rencana buyback semakin memperkuat daya tarik saham perbankan di mata investor,” ujar kata Hendra.

Dengan kualitas aset yang tetap terjaga dan rasio kredit bermasalah (NPL) yang masih rendah, sektor perbankan terus menunjukkan ketahanan di tengah berbagai tantangan ekonomi. Prospek ke depan juga terlihat cerah, terutama jika Bank Indonesia kembali memangkas suku bunga, yang dapat menurunkan biaya dana dan meningkatkan margin bunga bersih (NIM).

"Ditambah dengan tren bullish pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang berpotensi menembus level psikologis 7.000 dalam waktu dekat, saham-saham perbankan diprediksi akan tetap menarik bagi investor," kata Hendra.

Meski demikian, investor tetap perlu mencermati beberapa risiko, seperti ketidakpastian kebijakan The Fed yang dapat mempengaruhi arus dana asing serta potensi regulasi baru di sektor keuangan yang dapat berdampak pada profitabilitas bank. Namun, secara keseluruhan, saham perbankan masih menjadi salah satu sektor unggulan di tahun 2025.

Rekomendasi beli diberikan untuk BBRI dengan target harga Rp 4.200, BMRI di Rp 5.750, BBCA di Rp 10.500, dan BBNI di Rp 6.800. Dukungan dari kebijakan ekonomi yang pro-pasar serta tren pertumbuhan laba yang positif semakin memperkuat posisi sektor perbankan sebagai pilihan utama bagi investor di pasar modal.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya