Tantangan Perpustakaan di Era Kecerdasan Buatan

Artificial intellegence atau kecerdasan buatan dapat menjadi instrumen peningkatan kualitas layanan perpustakaan. Bagaimana dengan perpustakaan daerah?

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 07 Agu 2024, 05:37 WIB
Diterbitkan 07 Agu 2024, 05:37 WIB
Perpustakaan Digital
Joko Santoso saat Pembukaan Konferensi Perpustakaan Digital Indonesia (KPDI) ke-15 yang diselenggarakan di Bandar Lampung, Selasa (6/8/2024). (Liputan6.com/ Dok Ist)

Liputan6.com, Lampung - Perpustakaan menghadapi tantangan untuk menyediakan akses terhadap konten yang positif. Sekretaris Utama Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) Joko Santoso mengatakan, tantangan ini muncul di tengah kondisi Indonesia sebagai negara dengan tingkat penetrasi internet yang tinggi.

"Maka arah pengembangan perpustakaan ke depannya adalah adopsi teknologi informasi terkini dalam pengembangan layanan perpustakaan," kata Joko Santoso, dalam Pembukaan Konferensi Perpustakaan Digital Indonesia (KPDI) ke-15 yang diselenggarakan di Bandar Lampung, Selasa (6/8/2024).

Pada tahun ini, KPDI mengusung tema "Artificial Intellegence dalam Perpustakaan Digital". Dia menjelaskan, artificial intellegence atau kecerdasan buatan dapat menjadi instrumen peningkatan kualitas layanan perpustakaan. Kecerdasan buatan akan mendorong terciptanya ekosistem informasi yang lebih baik serta dapat memberikan kontribusi berkelanjutan dalam pembangunan masyarakat berbasis pengetahuan.

"Dalam kesempatan ini, Perpusnas sebagai pembina perpustakaan di Indonesia mengarahkan agar para pengelola perpustakaan mulai melakukan penguatan sarana prasarana teknologi informasi, termasuk adopsi kecerdasan buatan, kolaborasi dan integrasi layanan dari berbagai pihak, peningkatan keterampilan digital bagi pengelola perpustakaan, hingga meningkatkan aksesibilitas informasi yang inklusif melalui digitalisasi," terangnya.

Dia menambahkan, penyelenggaraan KPDI kali ini merupakan kolaborasi berbagai pihak untuk menghadirkan pembahasan ilmiah yang dapat memberikan wawasan dalam pemanfaatan kecerdasan buatan bagi para pengelola perpustakaan di Indonesia.

Ketua Forum Perpustakaan Digital Indonesia Jonner Hasugian menyebut pada penyelenggaraan KPDI tahun ini, sebanyak 110 judul makalah berhasil dihimpun penyelenggara. Tahun ini menjadi tahun terbanyak dari sisi kontribusi penulisan makalah dalam penyelenggaraan KPDI.

"Tahun ini tema rujukan penulis terbagi menjadi empat subkategori, yaitu implementasi Artificial Intelligence dalam inovasi kepustakawanan digital Indonesia, pemanfaatan Artificial Intelligence dalam ranah pendidikan, sosial, dan budaya: konteks hukum dan etika, pendayagunaan Artificial Intelligence dalam pendidikan dan pengkajian ilmu-ilmu informasi, dan Artificial Intelligence dalam penguatan ketahanan budaya dan percepatan transformasi digital serta produksi talenta digital," sebutnya.

Dia juga mengapresiasi kerja keras seluruh pihak dalam penyelenggaraan KPDI setiap tahunnya sehingga dapat menghasilkan rekomendasi yang dapat mendukung terwujudnya ekosistem perpustakaan digital di Indonesia yang terus berkembang.

"Forum Perpustakaan Digital Indonesia mengucapkan terima kasih kepada Kepala Perpusnas dan jajarannya sebagai pembina perpustakaan di Indonesia yang telah memberi dukungan terhadap penyelenggaraan KPDI mulai dari KPDI ke-1 sampai dengan KPDI ke-15 sekarang ini, dan kiranya dukungan ini akan tetap berlanjut untuk penyelenggaraan KPDI di masa mendatang," katanya.

 

Tantangan Perpustakaan Digital

Sementara itu, Staf Ahli Gubernur Lampung Bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia Intizam menyambut baik penyelenggaraan KPDI ke-15 di Provinsi Lampung. Dirinya berharap penyelenggaraan KPDI akan membawa dampak pengembangan perpustakaan digital di wilayahnya.

"Kehadiran perpustakaan digital memiliki peran yang sangat vital dalam era digitalisasi saat ini. Dengan adanya perpustakaan digital masyarakat bisa mengakses berbagai macam informasi. Oleh karena itu, perpustakaan digital tidak hanya menjadi sumber informasi tetapi berperan dalam membangun budaya literasi yang kuat," katanya.

Namun Intizam menyoroti tantangan baru dalam implementasi kecerdasan buatan dalam penguatan perpustakaan digital.

"Penting bagi kita untuk memastikan teknologi digunakan secara etis dan bijaksana, menjaga privasi data, serta memastikan bahwa semua lapisan masyarakat mendapatkan manfaat yang merata dari kemajuan teknologi ini," katanya menambahkan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya