Liputan6.com, Jakarta - Tokoh Kolodete masih menjadi misteri yang belum terkuak seutuhnya sampai saat ini. Dipercaya masyarakat, Kolodete, yang juga kerap disebut dengan Kiai Kolodete -menunjukkan penghomatan- ialah nenek moyang para anak berambut gimbal di Dieng dan sekitarnya.
Baca Juga
Advertisement
Di sisi lain, ruwat pemotongan rambut gimbal saat ini menjadi atraksi wisata yang menarik minat wisatawan ke Dieng dengan gelaran Dieng Culture Festival setiap tahun.
Hal menarik itu diwebinarkan secara daring oleh Komunitas Kolodete, Jumat malam (9/8/2024).
Hadir sebagai narasumber Ketua MGMP Sejarah SMA Provinsi Jawa Tengah Rinto Budi Santosa yang juga guru sejarah SMAN 1 Sapuran Wonosobo. Dalam kegiatan yang tidak kurang diikuti 55 peserta itu, Rinto mengungkapkan Kolodete memiliki beberapa versi keberadaannya
"Ada versi Hindu dan juga Islam. Tapi pada intinya semua mengacu bahwa Kolodete termasuk pendiri awal Wonosobo dan yang paling menarik tentu saja ia adalah moyang dari anak-anak berambut gimbal," jelas Rinto.
Keberadaan anak rambut gimbal, tambah Rinto, diyakini oleh sumpah yang diucapkan Kolodete. "Kolodete bersumpah bahwa sebelum masyarakat Dieng sejahtera, maka akan ada anak yang berambut gimbal," tambah Rinto.
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Uniknya Bocah Rambut Gimbal
Terkait dengan permintaan anak-anak berambut gimbal saat akan diruwat dan dipotong rambutnya, Rinto mengungkapkan dari penelitiannya tidak ada permintaan yang memberatkan orang tua.
"Permintaan mereka diyakini dari gembelnya, sehingga dipengaruhi seperti apapun anak berambut gimbal akan konsisten meminta sesuatu yang sederhana. Ada yang minta kambing, tempe kemul bahkan ada yang meminta kentutnya kepala desa. Tidak ada yang meminta benda dengan harga yang sangat mahal seperti motor atau mobil," jelas Rinto.
Selain narasumber, juga eberapa peserta yang anaknya berambut gimbal memberikan testimoni. Misalnya Heri Susanti.
Dua Susanti berambut gimbal meskipun dirinya berasal dari Jawa Timur. "Ternyata simbah anak saya dari Wonosobo dan gimbal. Dan menariknya, anak saya sembuh tidak dengan ritual larungan seperti di Wonosobo. Bahkan saat itu di Jawa Timur, kami selamati seperti layaknya orang Islam, dibacakan yasin tahlil, lalu permintaan anak kita penuhi, mau apa, potong rambut di mana, alhamdulillah sembuh gimbalnya," kenang Heri.
Ketua Komunitas Kolodete Sugiono Wonodipuro mengungkapkan webinar ini diselenggarakan dalam rangka menyambut Dieng Culture Festival yang akan digelar akhir Agustus tahun ini, dengan harapan memperkaya pengetahuan kebudayaan.
"Harapan kami masyarakat jadi lebih tahu tentang budaya Wonosobo, dan juga bagi guru sejarah ini dapat dijadikan bahan untuk pembelajaran siswa. Kami sangat berharap juga wisatawan bisa datang langsung ke Dieng untuk melihat anak-anak berambut gimbal saat prosesi ruwat," harap Sugiono.
Advertisement