Menumbuhkan Rasa Cinta Budaya di Kalangan Pemuda di Kota Batu

Program pembuatan Museum Wisata Budaya dan Sejarah di Kota Batu ini terinspirasi dari museum-museum di luar negeri.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 04 Okt 2024, 22:25 WIB
Diterbitkan 02 Okt 2024, 19:26 WIB
Calon Wali Kota Batu, Jawa Timur Firhando Gumelar.
Calon Wali Kota Batu, Jawa Timur Firhando Gumelar.

Liputan6.com, Batu - Calon Wali Kota Batu, Jawa Timur Firhando Gumelar mengusung sejumlah program unggulan dalam Pilkada Kota Batu 2024, salah satunya pembangunan Museum Wisata Budaya dan Sejarah.

Penulis buku Clan-X sekaligus juru bicara Firhando Gumelar, Mukhlis Ndoyo Said mengatakan keberadaan museum ini dianggap penting bagi warga Kota Batu terutama generasi muda setempat. Kehadiran museum ini untuk memupuk rasa bangga dengan Sejarah dan budaya kotanya sendiri.

Menurutnya program pembuatan Museum Wisata Budaya dan Sejarah di Kota Batu ini terinspirasi dari museum-museum di luar negeri, seperti di Washington Amerika Serikat dan di Leiden Belanda yang ternyata banyak menginventarisir peninggalan-peninggalan Kerajaan Nusantara di masa lalu.

"Mereka sangat menghargai dan mengapresiasi peninggalan kita dan dipertontonkan untuk mengedukasi masyarakat setempat," ujar Mukhlis.

Kembali ke Kota Batu, kata Muhklis, kota ini menyimpan banyak misteri yang harus dipecahkan tentang budaya dan sejarah. Menurutnya, sangat banyak penemuan-penemuan di Kota Batu yang seharusnya dapat diinventarisir melalui komunikasi dengan lembaga terkait.

"Ada Balai Arkeologi, Badan Pelestarian Cagar Budaya, dan tentunya di sini Dinas Pariwisata dan Kebudayaan harus menjadi motor untuk bagaimana ke depan asset-aset itu bisa menjadi bahan edukasi, khususnya untuk masyarakat Kota Batu," kata Mukhlis.

Mukhlis memastikan, untuk mewujudkan museum ini tidak bisa dilakukan sendiri. Maka itu, mereka akan berkolaborasi dengan pihak-pihak terkait.

"Karena bagaimana pun, museum ini adalah aset yang sangat penting, di mana di dalam warisan kebudayaan itu mengandung kekayaan yang berkaitan dengan pengetahuan dan teknologi yang dulu ada di Batu," tutur jebolan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya itu.

Ia mencontohkan, situs Watu Dakon di Bumiaji yang diyakini berhubungan dengan bidang pertanian terkait dengan Pranoto Mongso, sistem penanggalan atau kalender yang dikaitkan dengan aktivitas bercocok tanam.

"Masih banyak lagi peninggalan-peninggalan yang terpendam. Artinya ini butuh riset, kolaborasi riset dengan para akademisi maupun pegiat masyarakat setempat yang lebih lama tinggal di lokasi-lokasi itu untuk mengumpulkan peninggalan-peninggalan tersebut," jelas Mukhlis.

Terkait peninggalan-peninggalan Kota Batu yang terserak di Indonesia maupun luar negeri, pihaknya akan melakukan komunikasi lebih intens dengan pihak-pihak berwenang.

Misal salah satu contohnya beberapa waktu lalu Kementerian Kebudayaan berupaya mengembalikan asset-aset sejarah Kota Batu yang ada di Inggris atau Belanda, dan itu terelaisasi.

"Termasuk salah satu contoh prasasti yang bernama Sangguran, yang saat ini ada di Skotlandia," ujarnya.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya