Tekan Stunting di Indonesia Timur, 438 Ribu Paket Bantuan Pangan untuk NTT

Pada 2024 provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mendapat kuota bantuan pangan stunting berupa telur dan daging ayam sebanyak 438 ribu paket.

oleh Novia Harlina diperbarui 04 Okt 2024, 22:33 WIB
Diterbitkan 04 Okt 2024, 16:28 WIB
Bantuan pangan.
Bantuan pangan.

Liputan6.com, Jakarta ID FOOD melalui anak perusahaannya PT Rajawali Nusindo memastikan penyaluran bantuan pangan penanganan stunting di provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terealisasi 100 persen pada awal Oktober ini.

Direktur Utama PT Rajawali Nusindo, Wahyu Sakti saat menghadiri secara langsung untuk memastikan penyaluran bantuan terselenggara dengan lancar, Jumat, (4/10/2024), di Kupang, NTT.

Menurutnya, pada 2024 provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mendapat kuota bantuan pangan stunting berupa telur dan daging ayam sebanyak 438 ribu paket. Jumlah tersebut disalurkan kedalam 2 tahap.

"Pengiriman paket bantuan sebanyak 438 ribu paket dilaksanakan dalam dua tahap dan akan selesai pada Minggu ini," ujarnya.

Wahyu merinci, 438 ribu paket bantuan tersebut disalurkan kepada 73 ribu Keluarga Risiko Stunting (KRS) di wilayah NTT berdasarkan data dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).

"Penyaluran dilakukan dalam 2 tahap, di mana setiap tahapannya disalurkan sebanyak 219 ribu paket," sebutnya.

Penyaluran di provinsi NTT pada setiap tahapan dilakukan di 7 kabupaten/kota, terdiri dari Atambua dengan kuota sebanyak 15.534 paket, Ende sebanyak 17.766 paket, Komodo 43.128, Kupang 48.438 paket, Maumere 26.265 paket, SOE 24.294 paket dan Waingapu 43.779 paket. “Setiap paket terdiri dari 10 butir telur ayam dan 1 kg daging ayam,” jelas Wahyu.

Ia berharap, kerja sama penyaluran bantuan pangan tersebut dapat memenuhi asupan gizi bagi keluarga yang mempunyai balita rawan stunting serta bagi ibu hamil, sehingga dapat turut menurunkan tingkat prevalensi stunting di salah satu provinsi yang terletak di Indonesia Timur tersebut.

"Harapannya bantuan yang diberikan tersebut bisa bermanfaat dan segera bisa diolah untuk menambah asupan gizi bagi ibu hamil dan anak balita di wilayah NTT yang masuk ke dalam kategori rawan stunting," katanya.

Seperti diketahui Stunting di Provinsi NTT merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup mendesak dan memerlukan perhatian serius. Berdasarkan berbagai laporan, NTT merupakan salah satu Provinsi kedua dengan angka stunting tertinggi di Indonesia setelah Provinsi Papua Pegunungan.

Pada tahun 2023 prevalensi stunting di Provinsi NTT sebesar 37,9 persen. Hal ini menunjukkan bahwa 37 hingga 38 dari 100 balita di Provinsi NTT mengalami stunting. Sementara berdasarkan data aplikasi elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat per Februari 2024, prevalensi stunting di NTT sebesar 15,2 persen atau sebanyak 61.961 anak stunting.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya