Tingkat Pengeluaran Konsumsi Mahasiswa Yogyakarta Lebihi UMP DIY 2024

Saat ini pengeluaran mahasiswa rata-rata setiap bulannya mencapai Rp2,9 juta. Angka ini lebih tinggi dibandingkan UMR Kota Yogyakarta sebanyak Rp2,4 juta maupun UMP DIY sebesar Rp2,1 juta.

oleh Kukuh Setyono diperbarui 22 Nov 2024, 00:40 WIB
Diterbitkan 21 Nov 2024, 18:03 WIB
Literasi Keuangan OJK
Di seminar ‘Belajar Strategi Menjalani Siklus Kehidupan Keuangan’, Kamis (21/11/2024) di UGM. Terpapar pengeluaran mahasiswa Yogyakarta lebih tinggi dibanding UMP/UMR 2024. (Kukuh Setyono)

Liputan6.com, Yogyakarta - Besarnya pengeluaran kebutuhan konsumtif satu mahasiswa yang berkuliah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) disebut-sebut lebih tinggi daripada Upah Minimum Provinsi (UMP) 2024. Pendidikan literasi keuangan harus terus ditingkatkan agar Gen Z tidak hedonisme dan materialistik di masa depan.

Ini dipaparkan Sekretaris Direktorat Kemahasiswaan Universitas Gadjah Mada (UGM), Hempri Suyatna di seminar ‘Belajar Strategi Menjalani Siklus Kehidupan Keuangan’ yang digelar Home Credit pada Kamis (21/11/2024).

“Survei Bank Indonesia yang saya terima, pengeluaran mahasiswa di Yogyakarta rata-rata ternyata lebih tinggi dibanding UMP 2024 maupun Upah Minimum Regional (UMK),” katanya di UGM.

Menurutnya saat ini pengeluaran mahasiswa rata-rata setiap bulannya mencapai Rp2,9 juta. Angka ini lebih tinggi dibandingkan UMR Kota Yogyakarta sebanyak Rp2,4 juta maupun UMP DIY 2024 sebesar Rp2,1 juta.

Angka pengeluaran ini menurut Hempri diluar biaya kuliah. Dimana dirincikan untuk kebutuhan makan minum sebesar 27 persen, tempat tinggal atau kos sebesar 22 persen dan kemudian 23 persen untuk gaya hidup.

Ini belum biaya yang dikeluarkan untuk perawatan tubuh dan kecantikan yang rata-rata setiap bulan dikeluarkan Rp200 ribu dan nongkrong di café mulai dari Rp140-Rp150 ribu per bulan.

“Ini menunjukkan bagaimana pengelolaan keuangan belum dianggap penting, sehingga melek literasi keuangan harus terus digalakkan. Kami inginkan mahasiswa UGM mampu mengelola keuangan yang didapatkan dari uang tua mereka dengan baik,” jelasnya.

Jika kondisi keuangan ini dibiarkan, Hempri menyebut para mahasiswa ini yang didominasi Generasi Z akan lebih memprioritaskan gaya hidup yang hedonisme dan konsumtif. Padahal sebagai Kampus Kerakyatan, UGM ingin mendidik mahasiswa menjadi idealis dan mandiri dalam mengelola uang.

Pengawas Deputi Direktur Pengawas Perilaku PUJK, Edukasi, Perlindungan Konsumen dan Layanan Manajemen Strategis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) DIY, kondisi tata kelola keuangan generasi Z sudah tergambar dalam survei literasi dan inklusi keuangan tahun ini.

Dijelaskannya, literasi keuangan adalah pengetahuan dalam tata kelola keuangan dalam mencapai kesejahteraan. Sedangkan inklusi keuangan terkait dengan ketersediaan akses pada berbagai lembaga produk dan jasa keuangan.

“Indeks literasi keuangan keuangan hanya menyentuh angka 65,43 persen dan inklusi keuangan berada di angka 75,02 persen. Artinya pemahaman tata kelola uang sangat rendah, ditengah tingginya akses pada lembaga keuangan. Pemahaman literasi keuangan harus ditingkatkan,” jelasnya.

Dosen Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) UGM, Boyke Rudi Purnomo, menyarankan khususnya mahasiswa baru untuk mengatur tata kelola keuangan dengan tetap memprioritaskan menyelesaikan kuliah dalam periode waktu tertentu.

“Dengan mempunya visi misi berapa tahun kita kuliah, maka kita akan memperoleh besaran kebutuhan. Dari sini barulah ditetapkan tujuan penggunaan keuangan yang diperoleh untuk kegiatan yang relevan dan koheren dengan perkuliahan tidak?,” katanya.

Berbeda dengan mahasiswa lama, generasi millennial kebawah yang ketika kehabisan uang rela bekerja. Mahasiswa Gen Z yang tidak suka diperintah, lebih menyukai bekerja sampingan dengan berjualan.

Chief Customer Management Officer Home Credit, Cahyadi Poernomo, menyatakan seminar ini secara khusus membahas berbagai fase kehidupan seperti ketika seorang individu mengembangkan karir, melangsukan pernikahan, memiliki anak hingga menyiapkan pensiun dan sebagainya, dari perspektif keuangan.

“Seminar ini diharapkan dapat memberi bekal generasi muda dengan pengetahuan, keterampilan dan keyakinan baru mengenai layanan keuangan yang dapat diimplementasikan di masa depan,” katanya.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya