Kredit Perbankan Tumbuh Pesat, Melonjak hingga 10,3 Persen di Awal 2025

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan bahwa hingga Februari 2025, kredit perbankan tumbuh dua digit secara tahunan, yakni sebesar 10,3 persen. Total nilai kredit yang disalurkan tercatat mencapai Rp7.825 triliun.

oleh Tira Santia Diperbarui 11 Apr 2025, 14:00 WIB
Diterbitkan 11 Apr 2025, 14:00 WIB
Ilustrasi Bank
Ilustrasi Bank... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan bahwa hingga Februari 2025, kredit perbankan tumbuh dua digit secara tahunan, yakni sebesar 10,3 persen. Total nilai kredit yang disalurkan tercatat mencapai Rp7.825 triliun.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menjelaskan jika dilihat dari jenis penggunaannya, kredit investasi tampil sebagai segmen dengan pertumbuhan paling pesat, mencapai 14,62 persen.

Di belakangnya, kredit konsumsi mencatat kenaikan 10,31 persen, sementara kredit modal kerja juga tumbuh cukup solid di angka 7,66 persen.

Dian juga menyoroti peran besar bank milik negara (Bank BUMN) dalam mendorong laju kredit.

"Sementara ditinjau dari kepemilikan, Bank BUMN menjadi pendorong utama pertumbuhan kredit, yaitu sebesar 10,93 persen year-on-year," kata Dian dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan, secara virtual, Jumat (11/4/2025).

Dari sisi kategori debitur, kredit korporasi menunjukkan performa cemerlang dengan pertumbuhan 15,95 persen. Sebaliknya, kredit untuk sektor UMKM hanya tumbuh sebesar 2,51 persen.

Tak hanya dari sisi penyaluran kredit, kondisi likuiditas perbankan juga berada dalam posisi yang aman dan sehat. Rasio alat likuid terhadap dana non-inti (ALNCD) tercatat sebesar 116,76 persen, naik dari 114,86 persen pada Januari.

 

Dana Pihak Ketiga Naik

20151104-OJK
Tulisan OJK terpampang di Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Jakarta. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Adapun rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga (ALDPK) juga mengalami kenaikan tipis menjadi 26,35 persen. Kedua indikator tersebut jauh melampaui ambang batas minimum, masing-masing sebesar 50 persen dan 10 persen.

Di tengah ekspansi kredit, kualitas aset perbankan pun tetap terjaga.Rasio kredit bermasalah (NPL) gross per Februari 2025 tercatat sebesar 2,22 persen, sedikit naik dari Januari yang berada di angka 2,18 persen.

Untuk NPL net, terjadi kenaikan tipis dari 0,79 persen menjadi 0,81 persen.Loan at risk (LAR), yang mengukur potensi risiko kredit lebih luas, berada di angka 9,77 persen masih relatif stabil dibandingkan bulan sebelumnya.

"Di mana Januari yang lalu tercatat sebesar 0,79 persen. Loan at risk juga relatif stabil, tercatat sebesar 9,77 persen. Januari yang lalu tercatat sebesar 9,72 persen," ujar Dian.

 

NPL Gross dan LAR alami Penurunan

Ilustrasi OJK
Ilustrasi OJK (Liputan6.com/Andri Wiranuari)... Selengkapnya

Menariknya, kata Dian, jika dibandingkan Februari tahun lalu, baik rasio NPL gross maupun LAR mengalami penurunan. Bahkan, posisi LAR saat ini lebih rendah dari level pra-pandemi di akhir 2019 yang sebesar 9,93 persen.

"Rasio LAR tersebut juga sudah di bawah level sebelum pandemi yaitu sebesar 9,93 persen pada Desember 2019," kata Dian.

Dari sisi permodalan, ketahanan industri perbankan tetap kuat. Capital adequacy ratio (CAR) meski turun tipis dari 27,01 persen menjadi 26,98 persen, masih berada jauh di atas batas minimum dan menjadi bantalan yang solid dalam menghadapi ketidakpastian global yang masih berlangsung.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya