Waspada, OJK Catat Lonjakan Laporan Penipuan Keuangan Sentuh 79 Ribu Kasus

OJK mencatat nilai kerugian karena penipuan yang dilaporkan kepada pihak OJK tergolong fantastis, yakni mencapai Rp 1,7 triliun.

oleh Tira Santia Diperbarui 11 Apr 2025, 17:00 WIB
Diterbitkan 11 Apr 2025, 17:00 WIB
Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi. (Foto: tangkapan layar/Tira Santia)
Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi. (Foto: tangkapan layar/Tira Santia)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kembali menyoroti tingginya kasus penipuan keuangan yang menimpa masyarakat. Sepanjang awal tahun hingga 31 Maret 2025, tercatat ada 79.969 laporan dari masyarakat yang mengaku menjadi korban berbagai modus penipuan finansial.

Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi, mengatakan, laporan-laporan tersebut masuk melalui saluran resmi Indonesia Anti-Scam Centre (IASC), sebuah pusat aduan yang dibentuk OJK untuk menampung dan menangani kasus-kasus penipuan keuangan di Indonesia.

"Sampai dengan 31 Maret tahun ini, Indonesia Anti Scam Center telah menerima lebih dari 79.969 laporan. Jumlah rekening yang dilaporkan sebanyak 82.336 rekening dan yang sudah langsung kita blokir sebanyak 35.394 rekening," kata Friderica dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan OJK Maret 2025 secara virtual, Jumat (11/4/2025).

Lebih lanjut, perempuan yang akrab disapa Kiki ini menyebutkan nilai kerugian yang dilaporkan kepada pihak OJK tergolong fantastis, yakni mencapai Rp 1,7 triliun.

Namun sayangnya, dari total kerugian tersebut, dana yang berhasil diblokir hanya sekitar Rp 134,7 miliar. Ini menunjukkan sebagian besar dana korban kemungkinan besar sudah berpindah tangan atau sulit dilacak kembali.

OJK juga menegaskan komitmennya dalam memberikan perlindungan terhadap konsumen. Sepanjang triwulan pertama 2025, OJK telah menjatuhkan berbagai sanksi administratif terhadap pelaku usaha jasa keuangan yang melanggar aturan.

Tercatat, 35 peringatan tertulis diberikan kepada 31 pelaku usaha, serta 21 sanksi denda kepada 20 entitas yang berada di bawah pengawasan OJK.

Kiki juga mengungkap selama bulan Ramadan, jumlah pengaduan yang masuk mengalami peningkatan cukup signifikan. Ia menyebut banyak masyarakat yang menjadi korban penipuan dengan berbagai modus, terutama yang memanfaatkan keramaian transaksi digital selama bulan suci tersebut.

"Terkait dengan scam dan fraud ya itu ada 21.763 di mana modus terbanyak antara lain berupa penipuan jual-beli online, penipuan mengakui pihak lain atau fake call dan impersonation, penipuan penawaran kerja ini juga banyak terjadi selama bulan Ramadan kemarin," ujarnya.

OJK: Utang PayLater Rakyat RI Tembus Rp 21,98 Triliun, Naik Drastis 36 Persen!

Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi. (Foto: tangkapan layar/Tira Santia)
Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi. (Foto: tangkapan layar/Tira Santia)... Selengkapnya

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, per Februari 2025 total utang masyarakat Indonesia lewat layanan Buy Now Pay Later (BNPL) atau yang lebih akrab disebut PayLater di sektor perbankan menyentuh angka Rp 21,98 triliun.

Meski angka ini sedikit turun dari posisi Januari 2025 yang berada di Rp 22,57 triliun, secara tahunan justru terlihat kenaikan yang cukup signifikan, yakni sebesar 36,60 persen.

“Februari 2025 baki debet kredit BNPL sebagaimana dilaporkan dalam SLIK, tumbuh sebesar 36,60 persen yoy menjadi Rp 21,98 triiun” kata Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan, secara virtual, Jumat (11/4/2025).

Dari sisi jumlah pengguna, BNPL perbankan mencatatkan 23,66 juta rekening aktif di bulan Februari. Ini sedikit menurun dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 24,44 juta pengguna. Meski begitu, porsi kredit BNPL terhadap keseluruhan kredit perbankan tetap kecil, yakni sekitar 0,25 persen.

Tak hanya BNPL, kredit perbankan secara keseluruhan juga mencatat pertumbuhan positif. Total kredit yang disalurkan mencapai Rp 7.825 triliun atau naik 10,30 persen dibandingkan Februari tahun lalu. Kredit investasi menjadi motor penggerak utama dengan pertumbuhan 14,62 persen, disusul kredit konsumsi yang naik 10,31 persen, dan kredit modal kerja yang tumbuh 7,66 persen.

“Ditinjau dari kepemilikan bank BUMN menjadi pendorong utama pertumbuhan kredit yaitu sebesar 10,93 yoy, berdasarkan kategori debitur kredit korporasi tumbuh sebesar 15, 69 persen sementara kredit UMKM tumbuh 2,51 persen," ujar Dian.

Dana Pihak Ketiga

Di sisi lain, Dana Pihak Ketiga (DPK) yang menjadi sumber dana utama bank juga menunjukkan tren yang sehat. DPK tumbuh 5,75 persen secara tahunan menjadi Rp 8.926 triliun.

Terkait likuiditas, kondisi perbankan tetap stabil. Rasio alat likuid terhadap simpanan non-inti (AL/NCD) mencapai 116,76 persen, sementara rasio alat likuid terhadap DPK (AL/DPK) berada di level 26,35 persen.

Untuk kualitas Kredit, kata Dian, OJK memastikan bahwa sejauh ini masih aman. Rasio kredit bermasalah (NPL gross) ada di angka 2,22 persen, sementara NPL net berada di 0,81 persen. Loan at Risk (LAR) indikator potensi kredit bermasalah juga terus menunjukkan penurunan, kini berada di level 9,77 persen.

"Meskipun meningkat dibandingkan bulan sebelumnya rasio NPL gross dan LAR menurun dibandingkan posisi Februari 2024 yang masing-masing sebesar 2,35 persen dan 11,56 persen. Rasio LAR tersebut juga lebih rendah dibandingkan level sebelum pandemi yaitu sebesar 9,93 persen pada Desember 2019," pungkasnya.

 

 

Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global
Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya