Sejarah dan Keunikan di Balik Candi Cetho Kabupaten Karanganyar

Arsitektur Candi Cetho mencerminkan kepercayaan dan filosofi Hindu, dengan konsep susunan teras bertingkat atau berundak

oleh Panji Prayitno diperbarui 15 Des 2024, 00:00 WIB
Diterbitkan 15 Des 2024, 00:00 WIB
Sejarah dan Keunikan Dibalik Candi Cetho Kabupaten Karanganyar
Candi Cetho (sumber: karanganyarkab.go.id)

Liputan6.com, Jakarta - Candi Cetho adalah salah satu peninggalan sejarah penting dari masa kerajaan Hindu di Indonesia. Terletak di ketinggian sekitar 1.400 meter di atas permukaan laut, di lereng Gunung Lawu, Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah, candi ini memiliki keunikan tersendiri dibandingkan candi-candi lain di Nusantara.

Berdasarkan penelitian, Candi Cetho diperkirakan dibangun pada abad ke-15 Masehi, menjelang runtuhnya Kerajaan Majapahit. Candi ini diyakini menjadi tempat peribadatan masyarakat Hindu pada masa itu, terutama untuk upacara ritual yang bertujuan membersihkan jiwa dan raga.

Konteks pembangunan candi ini erat kaitannya dengan masa transisi peradaban Hindu-Buddha menuju Islam di tanah Jawa. Secara historis, Candi Cetho diduga menjadi simbol perlawanan budaya masyarakat Jawa yang ingin mempertahankan tradisi Hindu di tengah semakin berkembangnya pengaruh Islam.

Letaknya yang terpencil di pegunungan mengindikasikan bahwa candi ini bukan hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga menjadi tempat persembunyian para pemeluk Hindu yang ingin tetap menjalankan kepercayaannya.

Salah satu bukti dari masa pembangunannya adalah prasasti yang ditemukan di sekitar candi, yang menunjukkan bahwa Candi Cetho dibangun sebagai sarana untuk mengatasi pralaya atau bencana besar yang melanda masyarakat pada masa itu, baik secara fisik maupun spiritual.

Arsitektur Candi Cetho mencerminkan kepercayaan dan filosofi Hindu, dengan konsep susunan teras bertingkat atau berundak, yang melambangkan perjalanan manusia menuju pencerahan spiritual.

Setiap teras memiliki fungsi dan makna tertentu, mulai dari bagian dasar yang melambangkan dunia bawah (bhur loka), bagian tengah sebagai dunia manusia (bhuvar loka), hingga bagian puncak sebagai dunia para dewa (svar loka).

Peradaban Nusantara

Di setiap teras, terdapat arca dan relief yang menggambarkan cerita-cerita dari mitologi Hindu, termasuk kisah Mahabharata dan Ramayana. Salah satu relief paling menarik adalah relief berupa lingga dan yoni, simbol kesuburan yang juga menjadi ciri khas candi Hindu.

Candi Cetho tidak lepas dari kontroversi. Selama proses restorasi yang dilakukan pada abad ke-20, beberapa bagian candi didesain ulang sehingga menimbulkan perdebatan di kalangan arkeolog.

Meski begitu, candi ini tetap menjadi situs budaya yang sangat penting, tidak hanya bagi pemeluk Hindu, tetapi juga bagi masyarakat Jawa yang masih melestarikan tradisi kejawen. Hingga kini, Candi Cetho kerap digunakan untuk upacara adat, seperti ritual Tirta Yatra" dan berbagai kegiatan spiritual lainnya.

Keindahan dan nilai sejarah Candi Cetho tidak hanya terletak pada bangunan candi itu sendiri, tetapi juga pada lokasinya yang dikelilingi oleh panorama alam pegunungan yang asri. Pemandangan hamparan perkebunan teh dan udara sejuk di sekitar candi membuat pengalaman berkunjung ke tempat ini semakin istimewa.

Candi Cetho menjadi bukti nyata keberagaman budaya dan agama yang pernah berkembang di Indonesia, sekaligus menjadi pengingat akan kekayaan sejarah yang harus terus dijaga.

Dengan mengunjungi Candi Cetho, kita diajak untuk merenungkan perjalanan panjang peradaban Nusantara dan menghargai warisan leluhur yang telah memberikan warna pada identitas bangsa ini.

 

Penulis: Belvana Fasya Saad

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya