Cara PLN UIP3B Sumatera UPT Palembang Berdayakan Perajin dan Lestarikan Kain Songket

Fenomena jumlah perajin kain songket yang terus menurun harus dijaga keberadaannya dan warisan budaya berupa kain songket yang diwariskan turun-temurun juga harus dijaga kelestariannya.

oleh Tim Regional diperbarui 31 Des 2024, 17:55 WIB
Diterbitkan 31 Des 2024, 11:19 WIB
PLN
Dalam memberdayakan perajin kain songket yang jumlahnya terus berkurang, sekaligus melestarikan keberadaan kain songket itu sendiri, PT PLN UIP3B Sumatera UPT Palembang menggelar pelatihan sekaligus memberikan bantuan sejumlah peralatan untuk membuat kain songket.

Liputan6.com, Palembang - Dalam memberdayakan perajin kain songket yang jumlahnya terus berkurang, sekaligus melestarikan keberadaan kain songket itu sendiri, PT PLN UIP3B Sumatera UPT Palembang menggelar pelatihan sekaligus memberikan bantuan sejumlah peralatan untuk membuat kain songket.

Menurut Sekjen Indonesian Social Sustainability Forum (ISSF), sebuah forum yang menangani keberlanjutan sosial - Nurul Iman, giat program Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) yang dilakukan oleh PT. PLN dari Unit Induk Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Sumatera Unit Pelaksana Teknis Palembang tersebut digelar di Banyuasin, Desa Merah Mata.

"Fenomena jumlah perajin kain songket yang terus menurun harus dijaga keberadaannya dan warisan budaya berupa kain songket yang diwariskan turun-temurun juga harus dijaga kelestariannya. Dengan adanya pemberian peralatan, studi banding, pelatihan termasuk cara memasarkan kain songket dari PT PLN, ISSF sebagai pendamping pelatihan berharap perajin dan keberadaan kain songket tersebut terus terjaga," ungkap Nurul Iman pada Senin (30/12).

Sementara itu Manager PT. PLN UIP3BS Sumatera UPT Palembang Aris Sopian Hidayat menuturkan bahwa PLN secara umum berkomitmen mendukung berbagai program untuk pemberdayaan masyarakat. Khusus TJSL bagi kalangan wanita di Kabupaten Banyuasin, Desa Merah Mata, PLN akan memberikan kontribusi positif berupa pemberdayaan usaha tenun songket.

"Kami menyadari bahwa tenun songket bukan hanya sekedar kerajinan tetapi juga merupakan identitas budaya yang mencerminkan keindahan dan kerajinan tangan yang luar biasa dari para perajin yang sebagian besar wanita. Melalui bantuan yang diberikan, kami berharap dapat memberikan penguatan kapasitas berupa pemberian alat dan pelatihan serta akses market untuk pemasaran kain songket," papar Aris Sophian.

Aris Sophian juga berkomitmen akan mempromosikan kain songket melalui media sosial yang PLN miliki. PLN lanjut Aris Sophian juga akan membantu membuatkan website sehingga kain songket yang dihasilkan memiliki daya saing tidak hanya lokal tetapi juga skala nasional bahkan internasional.

Pj. Bupati Banyuasin Muhammad Farid yang turut hadir dalam pemberian bantuan yang dilakukan oleh PLN menuturkan rasa terima kasihnya mengingat para pengrajin kain songket di wilayahnya terus menurun setiap tahunnya. "Untuk membuat semangat para perajin kain songket agar hasil produksinya lebih laku, saya kira tidak ada salahnya menitipkan produksi kain songket di toko-toko yang menjual pempek sebagai makanan khas Kota Palembang," ujar Muhammad Farid.

Masih menurut Muhammad Farid banyak warga dari Jakarta maupun kota lainnya yang datang ke Palembang hanya untuk membeli pempek dan kopi pagar alam khas Palembang. Melihat fenomena tersebut tandas Muhammad Farid, pemerintah daerah akan membantu perajin kain songket untuk bisa menitipkan barang dagangannya di toko-toko ternama yang menjual pempek dan kopi khas Palembang.

Diberikannya sejumlah bantuan peralatan untuk menenun kain songket oleh PT. PLN UIP3B Sumatera UPT Palembang sangat disyukuri oleh Kartika salah seorang perajin kain tenun songket sekaligus sebagai Ketua Kelompok Pengrajin Kain Songket Jaya Bersama. Kartika mengaku senang mengingat kegiatan menenun kain songket menjadi bertambah sehingga dapat membantu menaikan ekonomi rumah tangga.

"Saya menjadi penenun kain songket sudah 15 tahun dengan modal pribadi. Dengan bantuan peralatan dan benang yang diberikan oleh pihak PLN kepada ibu-ibu perajin kain songket, saya berharap geliat usaha kain songket tumbuh kembali sehingga bisa meningkatkan ekonomi keluarga," ujar Kartika.

Menurut Kartika sebelum ada bantuan peralatan dan bahan benang kain songket dari PLN, dirinya hanya bisa berproduksi sebagai tenaga kerja saja yang dibayar upahnya oleh pemilik kain. Namun setelah adanya bantuan dari PLN, dirinya dan anggota kelompoknya bisa langsung menjual kain songket yang dihasilkan dengan harga yang lebih mahal dari pada sebelumnya.

Produksi kain songket yang dihasilkan berkat bantuan dari PLN, Kartika mengaku pendapatannya bisa naik dari sebelumnya hanya maksimal Rp 500ribu/bulan menjadi Rp 1,5 juta/perbulannya.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya