Jejak Kapitayan, Kepercayaan Tertua di Nusantara

Para penganut Kapitayan meyakini keberadaan kekuatan tertinggi yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk fisik. Peninggalan arkeologis menunjukkan bahwa praktek Kapitayan tersebar luas di berbagai wilayah Nusantara.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 14 Jan 2025, 00:00 WIB
Diterbitkan 14 Jan 2025, 00:00 WIB
Ilustrasi Spiritual
Ilustrasi spiritual. (Image by Freepik)... Selengkapnya

Liputan6.com, Yogyakarta - Sejarah spiritualitas di Nusantara memiliki akar yang jauh lebih dalam dari masa kejayaan kerajaan Hindu-Buddha. Jauh sebelum masuknya pengaruh dari India, masyarakat Nusantara telah mengenal sistem kepercayaan asli bernama Kapitayan.

Mengutip dari berbagai sumber, Kapitayan merupakan sistem kepercayaan yang berkembang di wilayah Nusantara sejak masa prasejarah. Sistem kepercayaan ini berpusat pada konsep ketuhanan yang bersifat transenden dan tidak berwujud.

Para penganut Kapitayan meyakini keberadaan kekuatan tertinggi yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk fisik. Peninggalan arkeologis menunjukkan bahwa praktek Kapitayan tersebar luas di berbagai wilayah Nusantara.

Bukti-bukti ini ditemukan dalam bentuk menhir, dolmen, dan berbagai struktur megalitik lainnya yang digunakan sebagai sarana pemujaan. Situs-situs ini dapat ditemukan dari Sumatera hingga Papua, menandakan luasnya persebaran kepercayaan ini.

Salah satu karakteristik utama Kapitayan adalah konsep egalitarianisme dalam praktik peribadatan. Sistem kepercayaan ini tidak mengenal stratifikasi sosial dalam ritual keagamaan.

Setiap anggota masyarakat memiliki kedudukan yang setara dalam melakukan praktik spiritual. Masuknya pengaruh Hindu-Buddha ke Nusantara pada awal abad masehi membawa perubahan dalam lanskap keagamaan.

Akan tetapi, tidak semua lapisan masyarakat menerima sistem kepercayaan baru ini. Banyak komunitas, terutama di wilayah pedalaman, tetap mempertahankan kepercayaan Kapitayan.

Sistem kasta yang dibawa oleh Hindu-Buddha bertentangan dengan nilai-nilai egaliter yang telah mengakar dalam masyarakat Nusantara. Perbedaan fundamental ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan sebagian masyarakat memilih mempertahankan kepercayaan asli mereka.

Kedatangan Islam ke Nusantara membawa konsep ketuhanan yang memiliki kemiripan dengan Kapitayan, terutama dalam aspek ketauhidan. Kesamaan konsep ketuhanan yang tidak berwujud secara visual dan nilai-nilai egaliter menjadi faktor yang memudahkan penerimaan Islam di berbagai wilayah.

Meski demikian, elemen-elemen Kapitayan tidak sepenuhnya hilang. Beberapa praktik dan nilai-nilai kepercayaan ini masih dapat ditemukan dalam tradisi masyarakat modern, termasuk dalam ritual adat dan upacara tradisional yang masih dijalankan hingga saat ini.

 

Penulis: Ade Yofi Faidzun

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya