Puluhan Ekor Macan Tutul Hitam Terpantau di Hutan Gunung Semeru Bromo

Penelitian ini diharapkan dapat jadi studi ilmiah terkait populasi macan tutul maupun macan kumbang di hutan Gunung Semeru Bromo

oleh Zainul Arifin diperbarui 23 Jan 2025, 22:39 WIB
Diterbitkan 23 Jan 2025, 22:29 WIB
Puluhan Ekor Macan Tutul Hitam Terpantau di Hutan Gunung Semeru Bromo
Macan tutul hitam atau macan kumbang dewasa dan anakan terekam kamera trap di hutan konservasi kawasan Gunung Semeru (Dokumen BB TNBTS dan Yayasan Sintas)... Selengkapnya

Liputan6.com, Malang - Puluhan ekor macan tutul (Panthera pardus melas) terekam kamera jebak (trap) di hutan kawasan lereng Gunung Semeru. Ini menjadi indikator taman nasional sebagai habitat baik bagi satwa kucing besar tersebut.

Perkiraan itu mengacu data awal kajian macan tutul jawa, kolaborasi Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS) dan Yayasan Sintas Indonesia. Ada 40 kamera intai (trap) dipasang sampling, masing-masing di titik berukuran 4 kilometer persegi selama 90 hari.

Kepala BB TNBTS, Rudijanta Tjahja Nugraha, mengatakan kamera dipasang mencakup area yang dinilai cocok jadi habitat macan tutul, yakni area yang sebelumnya telah ditemukan jejak cakar sampai bekas kotoran macan.

"Hasilnya, ada sekitar 24 ekor macan tutul yang didominasi jenis hitam atau macan kumbang yang terekam kamera," ujar Rudijanta, Kamis, 24 Januari 2025.

Temuan itu belum menggambarkan populasi sebenarnya kucing besar di dalam taman nasional. Sebab bisa jadi ada individu macan yang sama berulang terekam kamera. Data valid baru bisa dipastikan ketika proses kajian rampung.

"Kalau survei telah selesai seluruhnya, pasti diumumkan dan bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah," ucap Rudijanta.

Dia mengatakan, macan tutul hitam atau macan kumbang mendominasi sebab habitatnya di hutan kawasan Semeru Bromo terisolasi cukup lama. Itu membuat genetik warna bulunya dominan hitam. Macan kumbang merupakan varian melanistik dari macan tutul. 

"Pigmen tutulnya ada, tapi kalah dominan dengan warna hitam," tutur dia.

Dia menjelaskan, macan tutul memiliki daya jelajah antara 10-15 km per hari. Di kawasan taman nasional, mamalia ini hidup di beberapa tipe ekosistem seperti hutan pegunungan bawah dan atas, hutan sub-alpin dan bahkan savana.  

"Temuan itu jadi salah satu indikator yang menunjukkan taman nasional masih jadi habitat baik bagi macan tutul," urai dia.

 

Ancaman Terhadap Macan Tutul

Puluhan Ekor Macan Tutul Hitam Terpantau di Hutan Gunung Semeru Bromo
Seekor macan tutul di hutan Gunung Bromo Semeru terekam kamera trap (Dokumen BB TNBTS dan Yayasan Sintas)... Selengkapnya

Rudijanta menyebut di habitat aslinya ada tiga ancaman yang dihadapi macan tutul tersebut, yaitu aktivitas perburuan ilegal, perubahan habitat akibat kerusakan lingkungan serta berkurangnya ketersediaan pangan.

"Kalau pangan kan cukup berlimpah di taman nasional," ujar dia.

Temuan macan kumbang dapat menjadi salah satu indikator yang menunjukkan ekosistem di hutan Semeru Bromo masih baik. Sedangkan untuk perlindungan, ada 

Patroli wilayah oleh petugas polisi hutan secara berkala.

"Ada pembagian zona wisatawan, itu upaya menghindarkan kontak langsung antara manusia dan macan," ucap dia.

Macan tutul masuk daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN) pada 2007. Kucing besar ini juga dilindungi UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Serta dilindungi PP Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya