Liputan6.com, Jakarta - Naskah kuno menyimpan kekayaan informasi tentang peristiwa masa lalu yang dicatat oleh nenek moyang. Menghubungkan generasi muda dengan warisan masa lalu ini adalah langkah penting untuk menguatkan budaya baca dan kecakapan literasi.
Hal ini disampaikan Ketua Masyarakat Pernaskahan Nusantara (MANASSA) Munawar Holil pada sesi panel dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Bidang Perpustakaan Tahun 2025, Rabu (5/2/2025).
"Naskah kuno itu banyak informasi yang sangat kaya tentang berbagai hal yang terjadi dan dicatatkan oleh nenek moyang di masa lalu, sehingga saya berpendapat bahwa penting untuk kita menghubungkan terutama generasi muda yang akan melanjutkan kegiatan aktivitas literasi ini," ungkapnya.
Advertisement
Pria yang akrab disapa Kang Mumu ini menjelaskan, naskah kuno merupakan dokumen tertulis dari masa lalu yang mengandung berbagai informasi, mulai dari sejarah, kebudayaan, hingga ilmu pengetahuan. Menurutnya, program seperti Ingatan Kolektif Nasional (IKON) telah berhasil meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya naskah kuno.
"Naskah kuno berperan dalam meningkatkan budaya baca, sebab naskah kuno itu sangat kaya akan informasi. Banyak hal yang terjadi di masa lalu dapat kita pelajari dari naskah-naskah ini," jelasnya.
Dia menyebut salah satu tantangan besar untuk menghubungkan generasi muda dengan naskah kuno adalah agar mereka dapat memahami dan memanfaatkannya. Perpusnas telah menerbitkan hasil kajian naskah kuno, termasuk alih aksara dan terjemahan dalam bahasa yang lebih mudah dipahami.
Sementara itu, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah (Dispusipda) Provinsi Jawa Barat memiliki strategi pentahelix atau multipihak dalam menciptakan budaya membaca dan kecakapan literasi di Jawa Barat.
Kepala Dispusipda Provinsi Jawa Barat I Gusti Agung Kim Fajar Wiyati Oka menjelaskan konsep ini melibatkan kerja sama antara lima elemen utama yakni pemerintah, akademisi, komunitas, bisnis, dan media.
"Jadi, manfaatkan relasi yang kita miliki," ujarnya.
Sebagai perwujudan peran pemerintah dalam konsep tersebut, dia terus mendorong kebijakan yang mendukung program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) yang diinisiasi Perpusnas.
Â
Kolaborasi Tingkatkan Budaya Baca
Dari sisi akademisi, kerja sama telah dijalin dengan berbagai perguruan tinggi dan dilakukan dalam bentuk pendampingan akreditasi perpustakaan dan pemilihan duta baca.
"Kami juga menjalin kolaborasi dengan akademisi dalam berbagai kajian dan alih media naskah kuno agar nilai-nilai budaya tetap lestari," lugasnya.
Pihaknya menggandeng berbagai organisasi masyarakat untuk meningkatkan minat baca melalui kampanye literasi dan kegiatan berbasis komunitas.
Program Wakaf Buku untuk Jabar Juara Literasi (WAJJIT) yang melibatkan masyarakat dalam mendonasikan buku menjadi salah satu langkah nyata yang dilakukannya.
"Masyarakat adalah bagian penting dalam ekosistem literasi. Kita tidak bisa berjalan sendiri," katanya.
Lebih lanjut dia mengatakan media memiliki peran penting dalam menyebarluaskan kampanye literasi. "Literasi bukan hanya tentang membaca buku, tetapi juga bagaimana kita mengakses dan memanfaatkan informasi dengan baik. Media menjadi jembatan bagi kami untuk menjangkau masyarakat lebih luas," tambahnya.
Dengan kolaborasi yang kuat melalui strategi pentahelix, dia berharap budaya membaca semakin mengakar di masyarakat Jawa Barat. Dengan begitu, mempercepat terciptanya masyarakat yang cerdas dan berdaya saing.
Advertisement