Liputan6.com, Yogyakarta - Optimisme dari Kementerian Pertanian bahwa target surplus produksi beras dapat mencapai 1 juta ton tahun ini menurut Guru Besar Fakultas Pertanian, Masyhuri bakal tidak bisa dengan mudah diwujudkan. Sebab target dan prediksi swasembada beras ini, banyak faktor lain yang menentukan keberhasilan produksi padi, seperti kondisi iklim yang bersahabat, pengelolaan dan pemeliharaan infrastruktur yang baik, dan manajemen pembangunan pertanian. “Keadaan alam yang baik jika tidak terjadi cuaca ekstrem seperti El Nino, El Nina, banjir dan kekeringan yang akan dapat mengganggu produksi dan distribusi padi,” kata Masyhuri, Senin (10/2/2025).
Masyhuri mengatakan dalam mendukung pemenuhan produksi padi maka pentingnya infrastruktur seperti jalan dan irigasi menjadi jawaban. Sementara kondisi sebagian irigasi masih banyak yang rusak bahkan tidak pernah diperbaiki sejak dibangun di era orde baru. “Seharusnya pemerintah juga memperbaiki infrastruktur ini supaya dapat menunjang kegiatan pertanian,” tegas pengajar Departemen Sosial Ekonomi Pertanian UGM ini.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Menurutnya, guna menuju swasembada beras ini pemerintah perlu melakukan berbagai kebijakan program dalam mendukung petani mencapai kemandirian pangan. Seperti kebijakan perluasan lahan, perbaikan dan perluasan irigasi, penyediaan pupuk dan sarana produksi yang tepat dan dukungan pendampingan penggunaan teknologi peningkatan produktivitas padi. “Termasuk mendorong penemuan dan penggunaan bibit unggul, cara budidaya yang tepat untuk mekanisasi,” terangnya.
Terkait perluasan lahan pertanian bagi petani, Masyhuri menyebut Undang-undang Pokok Agraria (UUPA) tahun 1960 dan UU No.1 1961, mencapai agar petani sejahtera maka petani harus punya lahan minimal 2 hektar lahan. Pasalnya saat ini menurut data BPS, rata-rata petani hanya menguasai lahan kurang dari 0,5 hektar.
Sementara itu dari sisi SDM, yang mayoritas petani berusia tua maka seharusnya generasi muda terjun ke bidang pertanian dengan penggunaan teknologi dan inovasi, budidaya skala usaha tani yang lebih luas, dan bisnis sarana produksi yang lebih memadai. “Melibatkan generasi muda, skala usaha tani yang lebih luas, penggunaan teknologi yang lebih modern, dan penggunaan mekanisasi akan menjadikan pertanian modern sehingga target swasembada pangan akan segera tercapai,” katanya.
Masyhuri mengatakan pemerintah juga perlu mengeluarkan kebijakan yang lebih tepat untuk meningkatkan produksi padi, seperti penetapan harga pupuk. Bahkan kebijakan harga pokok pembelian (HPP) gabah juga turut andil dalam mempengaruhi tercapainya swasembada beras. Sementara menurutnya kebijakan HPP baru yang dikeluarkan pemerintah sekarang ini sudah terlambat, HPP tersebut akan mempengaruhi kelancaran pengadaan beras. “Kebijakan HPP yang telat seperti saat ini, baru akan memberikan pengaruh pada musim tanam berikutnya, bukan untuk sekarang ini”, ungkapnya.