Liputan6.com, Yogyakarta - Penggunaan daun kate mas (Euphorbia heterophylla L.) sebagai pengobatan alami untuk mengatasi masalah usus buntu masih dipraktikkan di berbagai daerah di Indonesia. Tanaman herbal yang juga dikenal dengan nama patik mas, suduk mentul, dan katimas ini telah digunakan secara turun-temurun oleh masyarakat untuk meredakan usus buntu.
Mengutip dari Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT, ramuan herbal dari daun kate mas diolah dengan cara sederhana. Daun ini memiliki khasiat yang dipercaya dapat membantu meringankan keluhan penderita usus buntu.
Proses pengolahan daun kate mas dimulai dengan membersihkan daun dan batang tanaman secara menyeluruh. Hal ini untuk menghilangkan kotoran dan residu pestisida yang mungkin menempel.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Setelah dicuci bersih, daun dan batang kate mas direbus dalam air mendidih selama kurang lebih 15-20 menit hingga air berubah warna menjadi kecokelatan. Proses perebusan ini bertujuan untuk mengekstrak kandungan aktif dalam tanaman yang berkhasiat untuk kesehatan.
Ramuan kemudian dibiarkan hingga mencapai suhu ruangan sebelum disaring untuk memisahkan ampas daun dan batang dari air rebusannya. Air rebusan daun kate mas yang telah disaring inilah yang diminum oleh penderita usus buntu.
Berdasarkan praktik tradisional, ramuan ini dianjurkan untuk diminum sebelum tidur malam. Dosis yang biasa digunakan adalah satu gelas (sekitar 200 ml) setiap malam selama beberapa hari hingga keluhan mereda.
Khasiat daun kate mas terhadap masalah usus buntu berasal dari kandungan saponin dan polifenol yang terdapat pada daun dan akarnya. Batang tanaman ini juga mengandung saponin.
Kedua senyawa ini dikenal memiliki sifat anti-inflamasi yang dapat membantu mengurangi peradangan pada usus buntu. Pada era modern, ketersediaan daun kate mas telah beradaptasi dengan kebutuhan konsumen.
Selain dalam bentuk daun segar yang bisa langsung diolah, daun kate mas juga tersedia dalam bentuk kapsul, bubuk, dan daun kering. Bentuk olahan ini mempermudah masyarakat perkotaan yang kesulitan mendapatkan tanaman segar untuk tetap memanfaatkan khasiatnya.
Penulis: Ade Yofi Faidzun