Liputan6.com, Yogyakarta - Buya Hamka adalah seorang tokoh Islam Indonesia sekaligus ulama, sejarawan, sastrawan, dan politikus. Karya-karyanya masih banyak diperbincangkan oleh berbagai kalangan, baik itu karya tasawuf, filsafat, sejarah, sosial, budaya, sastra, maupun pendidikan.
Buya Hamka memiliki nama asli Haji Abdul Malik Karim Amrullah yang disingkat menjadi HAMKA. Sementara, panggilan Buya berasal dari akar kata abi, yakni abuya dalam bahasa Arab yang berarti ayahku, atau bisa diartikan sebagai panggilan untuk seseorang yang dihormati.
Ia lahir di Sungai Batang, Maninjau, Sumatra Barat, pada 17 Februari 1908. Selama hidupnya, ia telah membuat banyak karya populer.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Beberapa karyanya bahkan telah mengalami ekranisasi dari novel menjadi film. Berikut beberapa karya terpopuler Buya Hamka:
1. Si Sabariah (1928)
Si Sabariah terbit pertama kali pada 1928 dalam bentuk kaba, yakni sastra tradisional Minangkabau yang berbentuk prosa berirama. Karya roman ini sekaligus menjadi karya fiksi pertama Hamka.
Terbitan pertamanya menggunakan bahasa Minangkabau dengan abjad Jawi. Pada 2020, penerbit Gema Insani menerbitkan ulang buku ini dalam versi bahasa Indonesia. Buku ini juga diterbitkan dalam bahasa Melayu oleh Jejak Tarbiah.
2. Di Bawah Lindungan Ka'bah (1938)
Novel Di Bawah Lindungan Ka'bah pertama kali diterbitkan oleh Balai Pustaka pada 1938. Buku ini termasuk ke dalam novel klasik Indonesia yang menceritakan tentang jalinan roman yang terhambat tradisi dan ekspektasi.
Tema-tema semacam ini memang menjadi ciri khas Buya Hamka. Ia menulis kisah-kisah yang kental dengan ajaran Islam sekaligus berani mengkritisi adat Minangkabau.
Kisah Hamid dan Zainab dalam novel ini menjadi salah satu karya Hamka yang tak lekang waktu. Bahkan, kisahnya telah dua kali diadaptasi menjadi film, yakni pada 1981 dan 2011.
3. Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (1938)
Pada tahun yang sama, Hamka juga menerbitkan Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Awalnya, cerita dalam Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck diterbitkan sebagai cerita bersambung dalam rubrik Feuilleton di majalah Pedoman Masyarakat.
Kumpulan cerita bersambung itu kemudian dikumpulkan oleh Syarkawi dan diterbitkan dalam format novel oleh Penerbit Centrale Courant pada 1939.
Hingga 1963, buku ini telah mengalami tujuh kali cetak ulang dengan penerbit berbeda. Dalam cerita ini, Hamka masih mengangkat tema tentang cinta tak sampai yang terhalang adat Minangkabau.
Pada 2013, kisah Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck diangkat ke layar lebar oleh sutradara Sunil Soraya. Kisahnya diperankan oleh Pevita Pearce, Herjunot Ali, dan Reza Rahadian.
Â
Merantau ke Deli (1939)
4. Merantau ke Deli (1939)
Pada 1939, Buya Hamka menerbitkan novel berjudul Merantau ke Deli. Sama seperti Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, novel ini pertama kali terbit sebagai cerita bersambung di majalah Pedoman Masyarakat.
Pada 1939, cerita bersambung tersebut diterbitkan pertama kali dalam bentuk buku. Merantau ke Deli masih berkisah tentang percintaan dan adat Minangkabau.
5. Tuan Direktur (1939)
Novel Tuan Direktur karya Buya Hamka juga merupakan gabungan cerita bersambung yang awalnya diterbitkan di majalah Pedoman Masyarakat. Novel terbitan 1939 ini dipandang sebagai kritik atas materialisme, kecongkakan, dan takhayul.
Penulis: Resla
Advertisement
![Loading](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/articles/loadingbox-liputan6.gif)