Liputan6.com, Ciamis - Nadran merupakan salah satu tradisi yang dilakukan masyarakat Kabupaten Ciamis dalam menyambut Ramadan. Tradisi ini sebenarnya lahir dari akulturasi budaya.
Mengutip dari Visit Ciamis, nadran adalah perpaduan budaya Islam dan Hindu. Kedua budaya ini telah diwariskan secara turun-temurun sejak ratusan tahun lalu.
Tradisi nadran dilakukan dengan berziarah ke Situs Makam Keramat Buyut Mangun Tapa. Warga Desa Baregbeg akan berbondong-bondong mendatangi Makam Kyai Buyut Mangun Tapa atau Ki Gedeng Tapa.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Makam tersebut berada di Selamanik, pinggir jalan raya Kawali-Ciamis. Nadran biasanya menjadi salah satu rangkaian dari tradisi mapag Ramadan yang digelar di Kabupaten Ciamis.
Adapun tradisi nadran dilakukan sebagai bentuk menghormati jasa Ki Gedeng Tapa karena telah menyebarkan agama Islam di wilayah Baregbeg dan sekitarnya. Tak hanya untuk leluhur, para warga juga akan mengirim doa untuk orang tua atau anggota keluarga lain yang telah tiada.
Selain berdoa, warga juga merawat, membersihkan makam, dan menabur bunga. Hal ini sekaligus menjadi bentuk pembersihan diri menjelang Ramadan.
Tradisi nadran tak hanya dilaksanakan oleh warga setempat. Para pejabat Kabupaten Ciamis hingga budayawan dari luar Kecamatan Baregbeg pun turut hadir.
Tak jarang, juga dihadirian berbagai kesenian tradisional dan dilanjutkan dengan acara makan bersama. Menu makanannya biasanya berupa nasi liwet tujuh warna.
Ketujuh warna tersebut memiliki filosofi mendalam tentang kehidupan. Ragam warna pada nasi liwet juga melambangkan keberagaman.
Tahun ini, tradisi nadran juga menjadi salah satu rangkaian dalam upacara tradisi mapag Ramadan 2025 di Ciamis. Tradisi nadran telah dilaksanakan pada 19 Februari di Situs Buyut Mangun Tapa (Hutan Kota Selamanik), Kecamatan Baregbeg, Kabupaten Ciamis.
Penulis: Resla