Liputan6.com, Medan Kapolda Sumatera Utara, Irjen Pol Whisnu Hermawan Februanto, bersama Ketua Bhayangkari Sumut, dan Pejabat Utama Polda Sumut, menjenguk NN bocah korban kekerasan yang viral akibat dugaan penganiayaan oleh keluarganya di Nias Selatan.
Kunjungan yang berlangsung di Rumah Sakit Bhayangkara TK II Medan ini merupakan bentuk kepedulian Polda Sumut terhadap korban kekerasan anak sekaligus memastikan kondisi dan proses pemulihan NN berjalan dengan baik.
Dalam kunjungannya, Kapolda Sumut berdialog langsung dengan NN dan keluarganya, memastikan bahwa bocah 10 tahun tersebut mendapatkan perawatan medis yang optimal.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Selain itu, Kapolda Sumut, Irjen Pol Whisnu Hermawan Februanto juga menegaskan kasus ini telah ditangani dengan serius oleh pihak kepolisian.
"Kami memastikan korban mendapatkan pengobatan terbaik dan perlindungan penuh. Anak-anak adalah masa depan bangsa, dan tidak boleh ada ruang bagi kekerasan terhadap mereka," kata Irjen Pol Whisnu, Kamis (20/2/2025).
Langkah Cepat Kapolda Sumut
Kapolda Sumut telah mengambil langkah cepat dengan mengevakuasi NN dari Nias Selatan ke Medan untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. Pada Rabu, 12 Februari 2025, NN diterbangkan dari Nias menuju Bandara Kualanamu, Deli Serdang, dengan pengawalan kepolisian.
Setibanya di Medan, korban langsung dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara untuk mendapatkan pemeriksaan medis secara menyeluruh.
Di sisi lain, Ketua Bhayangkari Sumut beserta pengurus turut memberikan dukungan moral kepada NN. Mereka menyerahkan bantuan berupa kebutuhan dasar dan keperluan medis guna membantu pemulihan korban serta mainan boneka untuk menghibur bocah tersebut.
Kehadiran Bhayangkari diharapkan dapat memberikan kenyamanan serta semangat bagi NN dalam proses penyembuhannya. Kunjungan ini menjadi bukti nyata kepedulian Polda Sumut terhadap perlindungan anak dan penegakan hukum bagi korban kekerasan.
Kapolda Sumut juga mengajak seluruh masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan sekitar dan tidak ragu melaporkan tindakan kekerasan kepada pihak berwajib.
"Anak-anak harus tumbuh dalam lingkungan yang aman dan penuh kasih sayang. Mari kita bersama-sama menjaga mereka agar terbebas dari segala bentuk kekerasan," ucapnya.
Advertisement
Viral di Media Sosial
Diketahui, pada 26 Januari 2025, bocah perempuan asal Kabupaten Nias Selatan (Nisel), Sumut tersebut viral di media sosial karena diduga dianiaya keluarganya. Wanita berinisial D, merupakan tante korban kini jadi tersangka.
Fakta baru terungkap terkait kasus kekerasan pada anak di Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara (Sumut). Sempat beredar di media sosial menyebut kaki bocah perempuan NN (10) patah diduga akibat penganiayaan.
Kapolres Nias Selatan, AKBP Ferry Mulyana Sunarya mengungkapkan, berdasarkan hasil pemeriksaan medis. Kaki NN patah bukan dikarenakan penganiayaan seperti yang disebut-sebut sebelumnya.
"Hasil pemeriksaan radiologi menunjukkan kondisi fisik korban merupakan kelainan bawaan sejak lahir, bukan akibat penganiayaan. Hasil rontgen, tidak ditemukan patah tulang akibat kekerasan," jelas Ferry saat konferensi pers, Sabtu, 1 Februari 2025.
Kepolisian telah menetapkan 1 tersangka dalam kasus dugaan penganiayaan terhadap NN. Pelaku berinisial D (18), yang merupakan kerabat atau tante korban. D ditetapkan tersangka setelah polisi lakukan pemeriksaan terhadap 9 saksi.
"Penetapan tersangka didasarkan pada keterangan saksi yang menunjukkan adanya tindak kekerasan terhadap korban. Setelah korban divisum menunjukkan kekerasan bagian luka luar lebam di paha kiri atas sebesar tiga sentimeter," Ferry mengungkapkan.
Motif Penganiayaan
Disebutkan Ferry, pelaku melakukan penganiayaan terhadap NN karena kesal keponakannya itu tidak pulang ke rumah selama 3 hari. Korban disebut pelaku kabur menuju belakang rumah, dekat Sekolah Dasar Negeri (SDN) Hilikara.
"Itu terjadi (penganiayaan) karena kekesalan pelaku terhadap korban yang sebelumnya meninggalkan rumah selama tiga hari menuju bukit di belakang rumah atau dekat sekolah," sebutnya.
Atas perbuatannya tersangka D dijerat dengan Pasal 80 Ayat 1 dan 2 junto Pasal 76C UU Perlindungan Anak, dengan ancaman hukuman maksimal 5 tahun penjara.
Advertisement
