Liputan6.com, Jakarta - Kasus dugaan penipuan dan penggelapan di Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan (UMTS) dibongkar pihak Sat Reskrim Polres Padangsidimpuan. Kasus ini melibatkan 2 oknum mahasiswa berinisial NML dan MA.
Kapolres Padangsidimpuan, AKBP Wira Prayatna mengatakan, kasus ini terungkap atas laporan pegawai UMTS bernama Eny Mayasari (33). Akibat dugaan penipuan dan penggelapan, UMTS mengalami kerugian yang nilainya tak main-main, mencapai miliaran rupiah.
"Kasus ini terungkap secara terang benderang pada Rabu, 19 Februari 2025, pagi lalu," kata Kapolres Padangsidimpuan, Wira Prayatna, didampingi Kasat Reskrim, AKP H Naibaho, dan Kasi Humas, AKP K Sinaga, saat konferensi pers, Jumat sore, 21 Februari 2025.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Diterangkan Wira, pihak keuangan UMTS awalnya merasa curiga dengan menghubungi salah satu bank terkait rekening koran 14 Februari 2025 yang masuk ke mereka sebanyak 6 transaksi. Sedangkan slip penyetoran yang masuk ke keuangan UMTS ada 28 transaksi.
"Lalu pihak bank mengecek, dan menemukan slip penyetoran yang diberikan mahasiswa ke bagian keuangan UMTS berbeda dengan slip penyetoran pihak bank," terangnya.
Selanjutnya, bagian keuangan UMTS memanggil mahasiswa atau saksi yang ada namanya di slip penyetoran. Mereka mengatakan uang kuliah telah disetorkan ke seorang rekan mereka, yaitu MA.
Saat dicek, selisih uang yang diterima pihak UMTS Tahun Ajaran (TA) 2023-2024 sebanyak Rp 1,2 miliar. Kemudian, slip penyetoran sebanyak 59 lembar yang diserahkan mahasiswa ke bagian keuangan, dengan jumlah uang yang belum disetor ke keuangan UMTS Rp 86,5 juta TA 2024-2025.
"Pihak UMTS merasa keberatan dan melaporkan kejadian ini ke Polres Padangsidimpuan untuk proses hukum," Wira menuturkan.
Simak Video Pilihan Ini:
Lakukan Penyelidikan
Tim Reskrim Polres Padangsidimpuan melakukan penyelidikan hingga akhirnya menangkap 2 terduga pelaku, NML dan MA. Hasil penyidikan, NML dan MA saling kenal, dan sama-sama berstatus mahasiswa UMTS.
NML mengaku ke MA sebagai pegawai salah satu bank. NML mengatakan ke MA, bagi yang mau membayar uang kuliah tanpa antrean atau melalui admin UMTS, bisa menghubunginya. MA mencari mahasiswa yang mau membayar uang kuliah.
"Keuntungannya 10 persen dari setiap pembayaran. Pembagiannya, 65 persen untuk NML, 35 persen untuk MA," Wira mengungkapkan
MA mencari mahasiswa yang ingin membayarkan uang kuliah via pesan WhatsApp ke teman-temannya di UMTS. MA juga menyebarkan brosur yang dibuatnya sendiri. Mahasiswa yang mendapat info tersebut membayar ke MA, selanjutnya uangnya dibayarkan ke NML.
Dikatakan Wira, oleh NML, MA diberikan slip pembayaran berwarna merah dari salah satu bank. Sedangkan slip pembayaran berwarna kuning diserahkan NML untuk mahasiswa. Yang menyetorkan uang pembayan ke NML adalah MA, baik tunai maupun transfer bank.
"Sedangkan mahasiswa, menyerahkan slip setoran pembayaran ke bagian keuangan UMTS," ujarnya.
Advertisement
Niatnya Berbeda-beda
Mahasiswa yang membayarkan tagihan ke NML melalui MA niatnya berbeda-beda. Ada mahasiswa yang membayar tagihan untuk keperluan wisuda, perkuliahan, maupun praktik lapangan yang nilainya berbeda-beda atau variatif.
"Berdasarkan keterangan pihak UMTS, ada 273 mahasiswa yang telah menyetorkan uang ke NML melalui MA. Kasus ini dalam proses penyidikan dan pendalaman. Jika nanti ada yang terlibat, akan diproses sesuai dengan hukum yang berlaku," Wira menegaskan.
Barang bukti yang disita dalam kasus ini, 1 unit sepeda motor Vespa Sprint diduga hasil kejahatan NML. 32 helai pakaian pria, dan 1 unit Handphone, 1 block faktur pembayaran salah satu bank yang dibuat NML.
Turut disita 1 unit Personal Computer (PC) warna hitam dan lainnya. Terhadap para terduga pelaku, dikenakan Pasal 378 dan Pasal 372 KUHPidana dengan ancaman 4 tahun pidana penjara.
Diimbau bagi mahasiswa jika ada yang merasa terdampak atas kasus ini untuk melapor ke Polres Padangsidimpuan untuk memberikan informasi ataupun bukti, untuk menguatkan atau menambah informasi terkait perkara yang sedang ditangani.
"Apabila ada yang menawarkan janji-janji atau kemudahan pembayaran, cek terlebih dahulu kebenarannya," Wira mengimbau.
Penjelasan Pihak Kampus
Rektor UMTS, Muhammad Darwis menjelaskan, sistem pembayaran di kampus yang dipimpinnya masih memakai 2 cara. Pertama, melalui invoice ataupun tagihan dengan memakai virtual account. Kedua, masih manual.
"Nah, yang ditengarai menjadi penyebab permasalahan ini adalah pembayaran manual," ungkapnya.
Sesuai SOP, mahasiswa bisa melihat portal resmi UMTS terkait berapa tagihan yang harus dibayarkan. Setelah melihat tagihan, otomatis mahasiswa sudah melihat invoice-nya. Jika mahasiswa membayar melalui invoice, maka tidak ada masalah.
"Ketika tidak membayar melalui invoice, maka tidak teronlinekan dari bank tersebut," Darwis menjelaskan.
Jika mahasiswa membayarkan ke bank, maka akan diperoleh slip pembayaran. Slip yang akan ditunjukkan ke bagian keuangan. Kemudian, bagian keuangan berkoordinasi dengan biro akademik yang akan membuka portal mahasiswa agar bisa melaksanakan aktivitas perkuliahan.
"Inilah yang dimanfaatkan NML dan MA untuk memalsukan slip pembayaran. Karena bisa menunjukkan slip yang secara kasat mata sulit dibedakan," ungkapnya lagi.Darwis juga mengatakan, pihaknya sudah melaksanakan laporan pertanggungjawaban sejak 2024. Karena tahun anggaran berlangsung mulai 1 September 2023 sampai 31 Agustus 2024.
Karena melihat ada sesuatu yang agak janggal, maka Darwis menyampaikan ke pihak keuangan UMTS agar menelusuri semuanya. Setelah bekerjasama pihak bank, ketahuan di mana kejanggalannya.
Kepada mahasiswa diingatkan, jika ingin membayar tagihan perkuliahan sudah ada SOP, dan harus membayar sendiri.
"Imbauan kita, jangan membiasakan kegiatan-kegiatan yang lebih praktis hingga berujung ke praktik-praktik seperti ini," Darwis menandaskan.
Advertisement
