Liputan6.com, Banyuwangi - Ikatan Keluarga Banyuwangi (Ikawangi) Dewata Bali mengaku merasa kecewa dan sedih dengan ditiadakannya program mudik gratis dari Bali ke Banyuwangi oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi.
Ikawangi Dewata mendapatkan informasi tersebut langsung dari Dinas Perhubungan (Dishub) Banyuwangi yang menghubungi mereka.
Advertisement
Baca Juga
“Kita dapat info dari Dishub Banyuwangi yang menelepon bahwa mudik gratis ditiadakan tahun ini. Katanya, mengajukan ke pemerintah pusat, tidak disetujui. Mungkin karena efisiensi anggaran,” kata Sekretaris Jenderal Ikawangi Dewata, Lulut Joni Prasojo, Sabtu (15/3/2025)
Padahal, mudik gratis ke Banyuwangi telah delapan kali digelar menjadi program rutin yang dilakukan sejak tahun 2014. Berhenti sementara hanya saat merebaknya pandemi Covid 19.
Diterangkan Lulut, biasanya Pemkab Banyuwangi memberikan dukungan dengan menyiapkan 8 bus dan 2 truk. Tiap bus akan berisi sekitar 56 penumpang, sementara truk digunakan untuk mengangkut motor para pemudik.
“Satu bus bisa memuat 56 penumpang, per truk bisa memuat 32 motor,” jelasnya.
Ditambahkan Lulut, pria yang sudah merantau di Pulau Dewata selama 20 tahun itu mengaku banyak dari anggota Ikawangi Dewata yang sedih dengan adanya keputusan untuk meniadakan mudik gratis.
Sementara banyak dari anggota Ikawangi Dewata yang hendak mudik ke Banyuwangi secara mandiri terkendala berbagai hal, di antaranya kondisi tubuh.
“Misalnya Pak Hari, anggota Ikawangi Dewata usia 55 tahun dan punya anak 10 tahun, rumahnya di Tegalsari. Dia bingung bagaimana mudik ke Banyuwangi, naik motor tidak memungkinkan,” tuturnya.
Sementara jika menggunakan bus yang berkisar Rp 180 ribu per orang atau travel Rp 250-300 ribu, tarif relatif mahal serta tak bisa leluasa bepergian sebab tak membawa motor ke kampung halaman.
Simak Video Pilihan Ini:
Mengaku Pasrah
Namun demikian, dia mengaku hanya bisa pasrah dengan kondisi yang dihadapi dan berharap mudik gratis dapat diselenggarakan kembali pada tahun depan.
“Karena ini juga cukup membantu mengurangi kemacetan dan kecelakaan. Pemerintah dan polisi diringankan karena setiap tahun hampir tidak ada insiden berarti,” ungkapnya.
Bus yang berjalan beriringan disebutnya mampu memangkas rentetan kemacetan yang berpeluang terjadi, sementara jika dilakukan mandiri, waktu mudik yang dibutuhkan untuk mudik bisa 12-16 jam.
Mayoritas penumpang yang diangkut oleh bus mudik gratis pun disebutnya juga banyak diisi oleh ibu dan anak sehingga adanya mudik gratis cukup bermanfaat bagi banyak keluarga.
“Kami sedih dan kecewa, tapi kami juga pasrah sebab kita tidak punya kemampuan untuk memutuskan. Kami berharap tahun depan diadakan karena ini sangat membantu masyarakat,” tandasnya.
Advertisement
