Alasan Mengapa Salat Zuhur dan Ashar Suara Imam Lebih Pelan

Kenapa bacaan salat Zuhur dan Ashar lebih pelan daripada salat Subuh, Magrib, dan Isya? Cari tahu alasannya berdasarkan hadits.

oleh Tim Regional Diperbarui 20 Mar 2025, 13:43 WIB
Diterbitkan 20 Mar 2025, 13:43 WIB
cara salat tahajud
Ilustrasi Salat ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Pernahkah Anda memperhatikan perbedaan suara bacaan imam saat sholat berjamaah? Sholat Subuh, Magrib, dan Isya biasanya diimami dengan suara lantang, sementara sholat Dzuhur dan Ashar cenderung lebih pelan. Mengapa demikian? Praktik ini ternyata dilandasi beberapa alasan yang berkaitan dengan sunnah Rasulullah SAW, hikmah waktu sholat, dan upaya menghindari riya' (pamer).

Penjelasan ini merujuk pada hadits Nabi Muhammad SAW yang berbunyi, "صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي" (Sholatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku sholat). Hadits ini menjadi landasan utama mengapa bacaan sholat Dzuhur dan Ashar lebih pelan. Rasulullah SAW sendiri mencontohkan membaca dengan suara pelan (sirr) pada waktu sholat tersebut.

Lebih dari itu, waktu pelaksanaan sholat juga menjadi pertimbangan penting. Kitab I'anah at-Thalibin menjelaskan bahwa malam hari, waktu sholat Subuh dan Isya, lebih khusyuk dan tenang untuk bermunajat kepada Allah. Sebaliknya, siang hari, saat sholat Dzuhur dan Ashar, cenderung lebih ramai dan sibuk. Membaca dengan suara pelan pada waktu tersebut membantu menjaga kekhusyukan dan menghindari gangguan.

Promosi 1

Mengikuti Teladan Rasulullah dan Hikmah Waktu Sholat

Mengikuti teladan Rasulullah SAW (Ittiba' Rasul) merupakan prinsip utama dalam praktik keagamaan Islam. Karena Rasulullah SAW mencontohkan membaca dengan suara pelan (sirr) saat sholat Dzuhur dan Ashar, maka hal ini menjadi anjuran bagi umat Islam untuk mengikuti sunnah tersebut. Hal ini juga sejalan dengan hikmah waktu sholat. Waktu sholat Subuh, yang relatif tenang, mirip dengan sholat malam, sehingga bacaan yang keras lebih dianjurkan. Berbeda dengan Dzuhur dan Ashar yang berada di siang hari yang cenderung lebih ramai.

Selain itu, membaca dengan suara pelan juga dapat membantu menghindari riya' atau pamer dalam ibadah. Niat ibadah semata-mata karena Allah SWT tanpa ingin dipuji manusia merupakan hal yang sangat penting. Dengan membaca pelan, kita dapat lebih fokus pada kekhusyukan pribadi dan menghindari niat yang tidak baik.

Surah Al-Isra ayat 110 juga memberikan panduan terkait hal ini. Ayat tersebut menganjurkan keseimbangan dalam mengeraskan atau mempelan bacaan sholat, tidak terlalu keras dan tidak terlalu pelan. Konteks turunnya ayat ini di Makkah, saat Rasulullah SAW mengeraskan bacaan dan diejek oleh orang-orang musyrik, menunjukkan perlunya bijaksana dalam mengatur suara selama sholat.

Menjaga Kekhusyukan dan Menghindari Riya'

Memperhatikan konteks sosial dan lingkungan sekitar juga penting. Di lingkungan yang ramai, membaca dengan suara pelan akan lebih menjaga kekhusyukan sholat dan menghindari gangguan. Sebaliknya, di lingkungan yang tenang, suara yang lebih lantang dapat membantu meningkatkan kekhusyukan bersama jamaah. Hal ini menunjukkan fleksibilitas dalam praktik sholat sesuai dengan situasi dan kondisi.

Penting untuk diingat bahwa mengeraskan atau mempelan bacaan sholat merupakan masalah sunnah, bukan wajib. Artinya, terdapat fleksibilitas dalam praktiknya. Yang terpenting adalah menjaga kekhusyukan dan keikhlasan dalam menjalankan ibadah sholat.

Dengan demikian, tidak mengeraskan suara dalam sholat Dzuhur dan Ashar adalah sunnah yang didasarkan pada teladan Rasulullah SAW, pertimbangan waktu sholat, dan upaya menghindari riya'. Setiap muslim dapat menyesuaikan volume bacaan sholatnya dengan kondisi dan situasi yang dihadapi, asalkan tetap mengedepankan kekhusyukan dan keikhlasan.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya