Liputan6.com, Yogyakarta - Hari Kesadaran Epilepsi Sedunia atau Epilepsy Awareness diperingati setiap 26 Maret. Peringatan ini juga dikenal sebagai Purple Day.
Hari Kesadaran Epilepsi Sedunia bertujuan untuk meningkatkan pemahaman publik tentang epilepsi. Purple Day juga hadir sebagai upaya untuk menghilangkan rasa takut dan stigma terkait epilepsi.
Mengutip dari laman Siloam Hospitals, epilepsi adalah gangguan pada sistem saraf pusat yang disebabkan oleh aktivitas listrik berlebihan di otak. Epilepsi termasuk salah satu penyakit kronis yang memiliki gejala khas berupa kejang-kejang.
Advertisement
Baca Juga
Terdapat dua jenis epilepsi, yaitu epilepsi umum dan parsial. Epilepsi umum adalah kondisi epilepsi yang terjadi di kedua bagian otak, mencakup grand mal (tonik-klonik), mioklonik, dan tonik.
Grand mal berisiko menyebabkan hilang kesadaran, sedangkan mioklonik menjadi penyebab badan atau bagian tubuh tersentak singkat. Adapun tonik menyebabkan tubuh menjadi kaku dan diikuti kejang tangan atau kaki.
Sementara itu, epilepsi parsial adalah kondisi epilepsi yang terjadi pada bagian otak tertentu. Hal ini menimbulkan gejala yang mungkin berkaitan dengan masalah indera, kejang pada jari-jari atau kaki, dan tremor.
Penyebab Epilepsi
Sejauh ini, belum diketahui pasti pemicu epilepsi. Hanya saja, ada beberapa faktor yang mungkin menjadi penyebab epilepsi, salah satunya gangguan perkembangan (autisme dan neurofibromatosis).
Penyebab lain bekaitan dengan cedera sebelum persalinan. Sebelum lahir, bayi sensitif terhadap kerusakan otak yang disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kekurangan oksigen, nutrisi buruk, atau infeksi pada ibu.
Faktor penyebab lainnya adanya penyakit menular (HIV/AIDS, meningitis, dan ensefalitis virus), kondisi otak yang menyebabkan kerusakan pada otak (stroke dan tumor otak), cedera pada kepala, dan pengaruh genetik. Selain beberapa hal di atas, penyebab epilepsi juga terbagi menjadi dua, yaitu epilepsi simptomatik dan epilepsi idiopatik.
Epilepsi simptomatik atau sekunder adalah jenis epilepsi yang penyebabnya atau faktor pemicunya dapat diketahui, seperti karena luka berat di kepala, stroke, atau tumor otak. Sementara itu, epilepsi idiopatik atau primer adalah jenis epilepsi yang penyebabnya tidak diketahui. Namun, diduga disebabkan oleh faktor keturunan.
Gejala Epilepsi
Gejala utama epilepsi adalah kejang. Namun, bukan berarti setiap orang yang mengalami kejang menderita epilepsi.
Pada pengidap epilepsi, kejang berlangsung lebih dari sekali dalam waktu yang sama atau berbeda. Seseorang dapat didiagnosis epilepsi apabila mengalami kejang tanpa penyebab yang jelas lebih dari satu kali, dengan jangka waktu lebih dari 24 jam.
Kejang atau tremor yang dirasakan penderita epilepsi bisa terjadi pada sebagian tubuh atau keseluruhan. Kejang juga bisa disertai dengan tubuh menegang dan hilang kesadaran secara spontan.
Selain kejang, beberapa gejala lain epilepsi adalah tatapan kosong, gejala psikis, otot terasa kaku, merasa kebingungan sementara, merasakan gerakan menyentak pada kaki dan tangan yang tak terkendali.
Epilepsi dapat terjadi pada semua kelompok usia, termasuk bayi, anak-anak, maupun orang dewasa. Namun, kondisi ini paling sering terjadi pada anak di bawah 2 tahun dan orang dewasa di atas 65 tahun.
Penulis: Resla