Liputan6.com, Jakarta - Sunat, khitan, atau sirkumsisi merupakan prosedur medis yang melibatkan pengangkatan sebagian maupun seluruh kulup atau kulit yang menutupi ujung penis. Prosesi ini biasanya juga dibarengi dengan berbagai tradisi dan pantangan tertentu.
Khitanan umumnya dilakukan pada anak laki-laki usia antara 6-12 tahun. Namun pada kasus tertentu, prosesi ini juga bisa dilakukan lebih awal.
Prosesi ini sekaligus menandai bahwa anak laki-laki telah akil balig. Khitanan menjadi jembatan anak laki-laki beranjak dewasa.
Advertisement
Baca Juga
Mengutip dari laman Seni & Budaya Betawi, khitan atau sunat dalam budaya Betawi dilakukan dengan tradisi yang meriah, salah satunya dengan menyalakan petasan. Namun di balik itu, orang Betawi meyakini ada beberapa pantangan khusus untuk pengantin sunat.
Konon, berbagai pantangan ini dapat membuat luka sunat cepat sembuh jika dipatuhi. Sebaliknya, jika dilanggar, maka luka sunat akan sembuh lebih lama.
Pantangan sunat ini kabarnya dilakukan pada prosesi sunat tempo dulu. Salah satu pantangannya adalah pengantin sunat pantang untuk makan lauk ikan asin atau masakan dengan campuran udang.
Pengantin sunat juga dilarang bermain sembarangan di kebun dan dilarang melangkahi tahi ayam. Konon, jika pantangan ini dilanggar bisa berakibat pada bekas luka sunat yang tak kunjung sembuh.
Dalam pelaksanaannya, pengantin sunat akan mengenakan baju kebesaran sunat dan dirias sehari sebelum acara sunat. Umumnya, mereka mengenakan baju gamis, jubah, selempang dari kain beludru atau satin berhiaskan manik-manik, alpiah (tutup kepala), serta roncean bunga melati.
Selanjutnya, akan dibacakan selawat badar oleh anak-anak dan remaja. Saat pengantin sunat berjalan menuju tandu, kuda, dan delman, langkahnya akan diiringi oleh alunan rebana dan ketimpring.
Berada dekat ekor kuda, terdapat seikat padi dan sebutir kelapa yang digantungkan. Selanjutnya, serenceng petasan dibakar sebagai tanda bahwa rombongan arak-arakan siap berangkat.
Arak-arakan pengantin sunat ini dilakukan dengan berkeliling kampung. Ia dikawal dengan rombongan menuju tempat keramat, seperti kuburan tempat dimakamkannya sesepuh desa untuk meminta berkah. Setelahnya, pengantin sunat diarak ke kampung.
Selain arak-arakan, prosesi khitan biasanya juga diisi dengan berbagai hiburan kesenian, seperti lenong, tari topeng, tanjidor, hingga samrah. Tak heran, jika perayaan sunat atau khitan di Betawi terasa sangat meriah.
Saat tiba hari pelaksanaan sunat, pengantin sunat dimandikan sembari berendam air hangat selama beberapa saat. Proses ini dilakukan sebelum matahari terbit.
Proses ini dilakukan agar prosesi khitan bisa lebih mudah dan bersih. Setelah dimandikan, pengantin sunat akan dibawa ke halaman samping rumah untuk dipangku sang kakek dan disunat oleh bengkong. Setelah prosesi sunat selesai, para kerabat dan tamu memberikan selamat dan hadiah.
Dalam upacara khitan juga disajikan bekakak ayam, nasi kuning, serta buah-buahan. Sajian ini khusus diberikan untuk pengantin sunat dan teman-temannya yang hadir. Selain itu, ada juga satu sisir pisang raja bulu, sebutir kelapa, beras, dan kue-kue tradisional, seperti dodol, wajik, dan uli.
Adapun untuk bengkong, sang empunya hajat akan memberikan ayam jantan hidup sebagai tanda terima kasih. Dengan demikian, acara sunat atau khitan telah usai.
Penulis: Resla