Liputan6.com, Yogyakarta - Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan penting di Tanah Air. Sejak Undang-undang 18/2019 tentang Pesantren disahkan, jumlah pesantren di Indonesia kian bertambah. Kementerian Agama mencatat, kini lebih dari 41 ribu pesantren telah terdaftar.Â
Banyak orangtua memasukkan anaknya ke pesantren atau istilahnya memondokkan atau mondokke dengan tujuan sang anak mendapat ilmu umum dan ilmu agama sekaligus. Bagi si anak santri yang menuntut ilmu, terdapat enam hal penting yang perlu diperhatikan.Â
Advertisement
"Enam hal itu yakni kecerdasan, ketekunan, kesabaran, biaya, petunjuk guru, dan membutuhkan waktu yang tidak sebentar," kata KH Akhmad Kharis Masduqi, pengasuh Pondok Pesantren Darul Qur'an wal Irsyad, yang berlokasi di Ledoksari, Wonosari, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Â
Advertisement
Mengutip Kitab Alala Tanalul Ilma, ia menyampaikan hal itu bertepatan dengan momen setelah 20 hari para santri menikmati liburan dengan pulang ke rumah masing-masing. Pada 13 April 2025 ini adalah saatnya mereka kembali ke pondok.
Tangis haru dan senyum bangga bercampur dalam suasana pemulangan para santri ini. Orang tua dan bahkan kakek neneknya ikut mengantar mereka untuk memulai lagi keprihatinan menuntut ilmu agama dan pengetahuan umum diÂ
Menurut Adinun, pengurus dan pendamping santriwati, total seluruh santri di Ponpes Darul Qur'an ini sejumlah 1020 orang, mulai dari Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, dan SMK.
Untuk Madrasah Ibtidaiyah setingkat SD, ada yang menetap, tetapi ada juga yang menglaju dari rumahnya.Kekhawatiran orang tua terhadap pendidikan anak menghadapi perkembangan jaman yang semakin maju, mendorong orang tua untuk lebih menitipkan anaknya di pondok pesantren, tambahnya.
Dede, salah seorang wali santri dari Lembang, Bandung, Jawa Barat juga mengatakan senang memondokkan anaknya di Ponpes Darul Qur'an wal Irsyad ini.
Selain merasa lebih aman terhadap perkembangan anak, juga karena rekomendasi dari ajengannya yang kebetulan adalah teman satu almamater pondok dengan KH Akhmad Kharis Masduqi sewaktu sama-sama belajar di Arab Saudi.
Â