Liputan6.com, Jakarta PT Astra International Tbk (ASII) mencatat laba bersih Rp 19,4 triliun sepanjang 2013 atau sama dengan keuntungan yang diraup tahun sebelumnya. Pencapaian itu seiring dengan adanya kenaikan beban.
Astra hanya membukukan kenaikan pendapatan sekitar 3% (year on year/yoy) menjadi Rp 193,9 triliun pada 2013. Pendapatan itu harus tergerus beban pokok pendapatan perseroan yang naik 4,4% menjadi Rp 158,56 triliun pada 2013. Hal itu membuat laba kotor perseroan turun 2,4% (yoy)Â menjadi Rp 35,31 triliun.
Tak hanya itu, perseroan mencatat kenaikan beban penjualan menjadi Rp 8,16 triliun dan kenaikan beban umum dan admistrasi menjadi Rp 8,54 triliun. Dengan melihat kinerja perseroan tersebut, laba bersih per saham dasar dan dilusi perseroan stagnan di level Rp 480.
"Perseroan mencatat kinerja yang memuaskan pada 2013, meski beberapa divisi bisnis mengalami kondisi yang cukup menantang. Prospek bisnis pada 2014 diperkirakan tetap baik, walaupun kompetisi di pasar penjualan mobil masih akan tinggi dan harga batu bara masih melemah," ujar Presiden Direktur PT Astra International Tbk Prijono Sugiarto, dalam keterangannya, seperti ditulis Jumat (28/2/2014).
Advertisement
Menurut Prijono, kenaikan suku bunga pinjaman dan volatilitas nilai tukar rupiah harus diwaspadai. Pada 2013, anak usaha perseroan telah mengeluarkan beberapa inisiatif baru untuk mendukung kinerja perseroan antara lain peluncuran low cost green car, dan akuisisi saham pabrik wheel rim oleh Astra Otoparts.
Lalu ada pengembangan proyek properti untuk gedung perkantoran dan apartemen di Jakarta Pusat. Selain itu, perseroan juga melakukan kesepakatan bersama Aviva Plc untuk membentuk perusahaan patungan di asuransi jiwa.
Saat ini kinerja perseroan didukung dari enam lini bisnis inti perseroan antara lain divisi otomotif, jasa keuangan, alat berat dan pertambangan, agribisnis, infrastruktur dan logistik, serta teknologi informasi.
Kinerja grup Astra stagnan ini karena terjadi penurunan di sektor agribisnis dan alat berat pertambangan. Sementara itu, sektor otomotif yang selama ini menjadi andalan perseroan hanya naik tipis sekitar 4%.
Kontribusi dari laba bersih divisi alat berat dan pertambangan turun 15% menjadi Rp 3 triliun. PT United Tractor Tbk yang 59,5% sahamnya dimiliki oleh perseroan melaporkan penurunan pendapatan bersih sebesar 9%. Sementara itu, laba bersih turun 16% menjadi Rp 4,8 triliun.
Selanjutnya, laba bersih divisi agribisnis turun 25% atau sebesar Rp 1,4 triliun. PT Astra Agro Lestarik Tbk yang 79,7% sahamnya dimiliki oleh Perseroan mencatatkan laba bersih Rp 1,8 triliun. Perolehan laba bersih itu turun 25% dibandingkan tahun 2012.
Sementara itu, laba bersih divisi otomotif naik sebesar 4% menjadi Rp 9,8 triliun pada 2013. Hal ini didukung dari permintaan kendaraan bermotor tetap tinggi. Namun peningkatan persaingan yang terjadi akibat meningkatnya kapasitas produksi domestik serta tingginya biaya tenaga kerja sedikit mempengaruhi.
Â
Dividen
Manajemen Astra akan mengusulkan sisa dividen final sebesar Rp 152 per saham untuk periode dividen final 2013. Angka itu naik tipis dari tahun 2012 sebesar Rp 150 per saham.
Usulan pembagian sisa dividen final itu akan disampaikan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada April 2014. Usulan tersebut ditambah dengan dividen interim sebesar Rp 64 per saham. Sehingga total dividen untuk tahun 2013 sebesar Rp 216 per saham.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), kepemilikan pemegang saham Astra International antara lain masyarakat yang memiliki saham lebih dari 5% mencapai 49,91%, Jardine Cycle and Carriage Limited sebesar 50,09%.Total jumlah saham yang dicatatkan sekitar 40,48 miliar saham.