Grup Bakrie Siap Berpisah dengan Asia Resources Mineral

Manajemen Asia Resources Mineral menyatakan, grup Bakrie telah menyetorkan dana ke rekening khusus dalam rangka pemisahan investasi.

oleh Agustina Melani diperbarui 23 Mar 2014, 12:30 WIB
Diterbitkan 23 Mar 2014, 12:30 WIB
6foto-pacitan130901a.jpg
Buldozer mengeruk batubara untuk diproses lebih lanjut (Liputan6.com/ Panji Diksana)

Liputan6.com, Jakarta - Manajemen Asia Resources Mineral optimistis penyelesaian pemisahan transaksi investasi antara grup Bakrie-Asia Resources Mineral paling lambat pada Selasa 25 Maret 2014.

Dalam keterangan yang diterbitkan di situs Asia Resources Mineral, yang ditulis Minggu (23/3/2014), manajemen Asia Resources menyatakan telah menerima dana grup Bakrie di sebuah escrow account dalam rangka pemisahan transaksi investasi antara grup Bakrie dengan Asia Resources Minerals.

Lantaran penarikan dana tidak dapat dilakukan segera mungkin karena akhir pekan. Perseroan menyatakan, RACL memberitahukan kalau penarikan dana dapat dilakukan pada 24 Maret 2014.

"Oleh karena itu, perseroan telah menyetujui perpanjangan perjanjian jual beli saham PT Bumi Resources Tbk dapat dilakukan pada Selasa, dan penyelesaian transaksi pada Senin atau mungkin Selasa," tulis manajemen Asia Resources Mineral.

Juru Bicara grup Bakrie, Chris Fong menuturkan, pihaknya telah memenuhi perjanjian untuk menyetorkan dana ke escrow account.  Akan tetapi, Chris tidak menyebutkan sumber dana itu.

"Kami mengharapkan Asia Resources Mineral dapat memulai proses ini pada Senin," kata Chris saat dihubungi Liputan6.com, akhir pekan ini.

Grup Bakrie harus menyetor dana sekitar US$ 501 juta untuk membeli kembali 29,2% saham PT Bumi Resources Tbk dari Asia Resources Mineral. Untuk mendapatkan dana itu, grup Bakrie menjual sekitar 23,8% saham Asia Resources Mineral kepada perusahaan investasi milik Samin Tan, Ravenwood Acquisition Company Limited (RACL) senilai US$ 223 juta. Sisanya berasal dari grup Bakrie. Adapun dana US$ 50 juta telah disetor ke escrow account dalam rangka pemisahan tersebut.

Pada perdagangan saham Jumat, (21/3/2014), harga saham BUMI turun 1,64% ke level Rp 300 per saham. Volume perdagangan saham mencapai 467,85 juta saham.

Perjalanan Grup Bakrie dengan Asia Resources Mineral

Asia Resources Minerals yang dahulu bernama Bumi Plc berdiri pada 28 Juni 2011. Sebelumnya perusahaan yang mencatatkan saham di bursa saham London ini bernama Vallar Plc yang dibentuk pada Maret 2010 untuk mengakuisisi satu perusahaan besar, usaha dan aset dengan operasi yang signifikan di sektor tambang, logam, dan sumber daya.

Kerja sama antara grup Bakrie dengan Asia Resources Minerals bermula pada Februari 2011. Ketika itu ada tukar guling saham antara grup Bakrie dan Vallar Plc, perusahaan investasi milik Rotschild. Vallar Plc mengakuisisi 25% saham PT Bumi Resources Tbk dari dua pemegang sahamnya dari PT Bakrie and Brothers Tbk dan Long Haul Holdings Ltd.

Di saat bersamaan, Vallar Plc juga mengakuisisi 75% saham PT Berau Coal Energy Tbk dengan menandatangani perjanjian dengan PT Bukit Mutiara yang dikendalikan oleh Recapital Advisor. Transaksi itu diselesaikan pada 8 April 2011 dan 4 Maret 2011.

Lalu pada 7 April 2011, pemegang saham Vallar menyetujui skema pengaturan untuk menempatkan perusahaan induk baru yaitu Bumi Plc.

Namun sayang kerja sama grup Bakrie dengan manajemen Bumi Plc tidak berjalan harmonis. Mengutip dari Wall Street Journal, hubungan yang tidak harmonis ini disebabkan ada sengketa dana yang hilang dan penurunan harga batu bara.

Grup Bakrie pun mengusulkan untuk memisahkan diri dari Bumi Plc pada Oktober 2012. Pada Desember 2013, Bumi Plc pun berganti nama menjadi Asia Resources Mineral.

Selain itu, pemisahan grup Bakrie dengan Asia Resources Minerals disetujui oleh pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham pada Desember 2013. Mayoritas pemegang saham Asia Resources Mineral menyetujui proposal yang diajukan grup Bakrie dalam rangka perpisahan tersebut. Grup Bakrie akan membeli kembali saham PT Bumi Resources Tbk dari Asia Resources Minerals senilai US$ 501 juta.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya