2 Perusahaan Jasa Layanan Minyak Prancis Bakal Merger

Aksi merger FMC dan Technip dinilai akan memberikan keuntungan bagi pelanggan.

oleh Agustina Melani diperbarui 19 Mei 2016, 22:50 WIB
Diterbitkan 19 Mei 2016, 22:50 WIB
20160308-Ilustrasi-Tambang-iStockphoto
Ilustrasi Tambang (iStockphoto)

Liputan6.com, London - Dua perusahaan jasa layanan minyak yaitu FMC dan Technip, perusahaan tercatat di bursa saham Prancis akan menggabungkan usaha atau merger untuk membentuk perusahaan baru yang diberi nama TechnipFMC.

Mengutip dari laman Financial Times (FT), Kamis (19/5/2016), salah satu sumber FT menuturkan kalau rencana merger itu memberikan manfaat keuntungan pajak bagi FMC meski pun tidak untuk Technip.

Untuk membantu pelaksanaan merger tersebut, Goldman Sachs dan Rothschild bertindak sebagai penasihat keuangan untuk Technip. Sementara Evercore dan Societe Generale sebagai penasihat keuangan FMC Technologies.

Ada pun ekuitas perusahaan baru itu akan mencapai US$ 13 miliar atau sekitar Rp 177,03 triliun (asumsi kurs Rp 13.617 per dolar Amerika Serikat). Nilai penggabungan perusahaan itu sekitar US$ 10,9 miliar. Dari penggabungan usaha ini, pemegang saham di masing-masing kelompok akan menerima 50 persen dari saham perusahaan baru.


Doug Pferdehirt, Direktur Utama FMC Technologies akan menjadi Chief Executive TechnipFMC, sedangkan Thierry Pilenko, Chief Executive Technip akan menjadi chairman.

Sebelum aksi korporasi tersebut, Technip telah menjajaki peluang dengan sejumlah pihak lain untuk diversifikasi usaha.

Technip, salah satu perusahaan jasa minyak dan gas Eropa terbesar yang berdasarkan kapitalisasi pasar telah berusaha selama dua tahun untuk mendapatkan kesepakatan dengan kelompok lain. Langkah ini dilakukan sebagai upaya diversifikasi pipa dan bisnis konstruksi infrastruktur minyak.

"Transaksi ini akan memungkinkan kami untuk memberikan manfaat lebih besar kepada pelanggan kami melalui portofolio yang lebih luas. Ini untuk menyediakan seperangkat teknologi yang terintegrasi dan berkompetensi sehingga mampu mengembangkan usaha dan menciptakan keberhasilan bagi pelanggan," ujar Pferdehirt.

Sementara itu, Pilenko menuturkan pihaknya memiliki sesuatu yang dapat saling melengkapi dengan teknologi dan kemampuan yang dipunya.

Analis Mirabaud Securities, David Thomas menuturkan aksi merger kedua perusahaan tersebut dapat memungkinkan perusahaan baru untuk menawarkan solusi kepada klien. "Saya tidak berpikir akan ada banyak orang yang meragukan arti strategi dari kesepakatan ini," ujar Thomas.

Seperti diketahui, perusahaan jasa minyak salah satu perusahaan paling terpukul karena penurunan harga komoditas terutama minyak. Harga minyak tertekan itu mendorong klien untuk renegosiasi dan bahkan membatalkan kontrak untuk efisiensi.

Harga minyak merosot juga menekan kinerja saham dan keuangan Technip. Bahkan perseroan akan memangkas sekitar 6.000 karyawan. Sedangkan saham FMC telah jatuh lebih dari US$ 60 sejak 2014.

Sebelum melakukan aksi merger ini, kedua perusahaan juga pernah bekerja sama untuk perusahaan patungan dinamakan Forsys Subsea. Perusahaan ini dibentuk untuk menemukan cara baru sehingga mendorong produksi di ladang minyak lepas pantai. (Ahm/Ndw)

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya