Liputan6.com, Jakarta - Honda Motor Co. dilaporkan siap untuk melanjutkan pembicaraan akuisisi Nissan, jika CEO Nissan, Makoto Uchida, mengundurkan diri. Laporan ini pertama kali muncul di Financial Times, yang mengutip sumber yang mengetahui perkembangan internal kedua perusahaan.
Sebelumnya, Honda dan Nissan memang sempat melakukan pembicaraan serius untuk menciptakan perusahaan otomotif terbesar keempat dunia, dengan nilai sekitar US$ 60 miliar. Namun, pembicaraan tersebut gagal, karena Nissan tidak setuju dengan syarat yang diajukan Honda terkait posisi anak perusahaan.
Baca Juga
Menurut sumber yang sama, Honda masih menunjukkan minat untuk melanjutkan negosiasi, tetapi dengan syarat yang lebih menguntungkan bagi kedua belah pihak, terutama jika Uchida mundur.
Advertisement
Honda diyakini ingin mengambil langkah lebih lanjut, dengan menjadikan Nissan sebagai anak perusahaan, namun hal tersebut tidak diterima dengan baik oleh Nissan yang merasa posisinya terancam. Dalam laporan tersebut, Honda diperkirakan akan melanjutkan negosiasi setelah kepemimpinan Nissan berubah.
Berbicara dengan Financial Times, CEO Honda, Toshihiro Mibe, menyatakan perusahaannya tidak akan melakukan akuisisi secara agresif. Selain itu, Mibe juga menegaskan bahwa jenama berlambang huruf H ini, lebih memilih solusi yang memungkinkan kerja sama yang lebih seimbang antara kedua perusahaan.
Meskipun sempat tertunda, niat Honda untuk melanjutkan pembicaraan terkait merger tetap ada, meskipun kondisi kepemimpinan Nissan perlu berubah terlebih dahulu.
Makoto Uchida, yang telah memimpin Nissan sejak 2019, kini berada di bawah tekanan besar. Kinerja Nissan yang terus menurun, ditambah dengan masalah manajerial dan penurunan penjualan, semakin memperburuk posisi Uchida. Nissan bahkan telah mengumumkan pemangkasan tenaga kerja sebanyak 9.000 orang serta rencana pengurangan kapasitas produksi global sebesar 20 persen. Meski begitu, upaya-upaya tersebut belum mampu membawa perbaikan signifikan.
Desakan dari Berbagai Pihak
Dalam laporan tersebut, dikatakan bahwa sejumlah anggota dewan Nissan dan mitra strategis, Renault, mulai mendesak agar Uchida mundur. Beberapa pihak merasa bahwa perubahan kepemimpinan sangat diperlukan agar Nissan, dapat mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi. Meskipun Uchida telah menyatakan niat untuk tetap bertahan hingga 2026, tekanan semakin besar, dan posisi kepemimpinannya kini dipertanyakan.
Gagalnya pembicaraan merger ini menggambarkan betapa ketatnya persaingan di industri otomotif global, di mana Honda dan Nissan kini harus bersaing tidak hanya dengan perusahaan-perusahaan tradisional, tetapi juga dengan produsen kendaraan listrik baru yang semakin agresif, terutama dari Tiongkok.
Bagi Nissan, perubahan strategi dan kepemimpinan tampaknya menjadi langkah yang tak terhindarkan jika produsen asal Jepang ingin tetap bertahan di pasar global.
Hingga saat ini, pihak Nissan menolak untuk mengomentari laporan Financial Times, sementara Honda pun menyatakan bahwa belum memiliki rencana resmi terkait situasi ini. Meskipun begitu, kelanjutan pembicaraan merger antara kedua raksasa otomotif Negeri Sakura ini tetap menjadi sorotan.
Advertisement
Infografis Selamat Datang Era Mobil Listrik di Indonesia
