Liputan6.com, Jakarta - Saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) turun 2,30 persen ke posisi 85 pada perdagangan Rabu, 5 Februari 2025. Namun, dalam sepekan terakhir saham GOTO masih naik 3,66 persen dan naik 19,72 persen sejak awal tahuan (year to date/YTD).
Penurunan saham GOTO menyusul pernyataan manajemen yang membantah adanya rencana melakukan penggabungan usaha atau merger dengan Grab. Corporate Secretary GOTO, R A Koesoemohadiani menekankan bahwa saat ini tidak ada kesepakatan antara perseroan dengan pihak manapun.
Advertisement
Baca Juga
"Tidak ada kesepakatan antara Perseroan dengan pihak manapun untuk melakukan transaksi merger sebagaimana telah diberitakan di media massa. Perseroan mencatat bahwa berita yang sama juga beredar dari waktu ke waktu di masa lampau dalam beberapa tahun terakhir dan berita- berita tersebut adalah berdasarkan spekulasi," kata R A Koesoemohadiani dalam keterbukaan informasi Bursa, Rabu (5/2/2025).
Advertisement
Benar saja, kabar merger antara GOTO dan Grab memang bukan kali pertama berembus. Kabar serupa pernah mencuat satu tahun lalu atau sekitar awal Februari 2024. Saat itu, pemegang saham utama kedua perusahaan disebut telah mendukung kesepakatan dan mendorong perundingan mengenai merger.
Opsi-opsi yang telah dijajaki oleh perusahaan-perusahaan tersebut juga mencakup pemisahan pasar-pasar utama mereka, dengan Grab mendapatkan kendali atas basis mereka di Singapura dan beberapa pasar lainnya.Ssementara GoTo tetap memegang kendali di Indonesia.
Belakangan, dikabarkan para pihak menargetkan kesepakatan selesai pada 2025. Melansir Investing, pembicaraan ini masih berlangsung, dengan salah satu eksekutif menyatakan bahwa merger harus terjadi sebelum 2025 selesai, atau tidak akan terjadi sama sekali.
"Kami tidak berkomentar mengenai rumor atau spekulasi yang beredar," tanggapan Grab saat Liputan6.com mencoba melakukan konfirmasi mengenai rencana penggabungan usaha tersebut.
Â
Respons GoTo
GoTo telah mengeluarkan pernyataan yang dengan tegas membantah klaim apa pun tentang potensi merger dengan Grab. Meskipun mereka mengakui spekulasi media yang sedang berlangsung, mereka menekankan tidak ada kesepakatan yang dibuat dengan pihak manapun terkait transaksi semacam itu.
"Mengingat kurangnya perkembangan yang dikonfirmasi, kami memilih untuk tidak melakukan analisis lebih lanjut tentang dampak potensial pada GoTo, karena kesepakatan tersebut masih murni spekulatif pada tahap ini. Namun, kami pikir jika kesepakatan ini terwujud, kami yakin itu akan sangat menguntungkan Grab dengan meningkatkan dominasi pasar dan efisiensi operasional," ulas Analis Pasar Saham Mirae Asset Sekuritas, Christopher Rusli.
Penggabungan antara GoTo dan Grab disebut akan memberikan entitas gabungan sekitar 80% pangsa pasar Layanan Sesuai Permintaan (ODS) Indonesia. Selain itu, mengakuisisi GoTo akan memungkinkan Grab untuk memperkuat ekosistemnya melalui potensi sinergi lintas platform dengan Tokopedia dan GoPay, yang selanjutnya mengintegrasikan e-commerce dan pembayaran digital ke dalam platformnya.
Kesepakatan itu juga akan memungkinkan Grab untuk menghilangkan biaya yang berlebihan, seperti biaya pemasaran yang sebelumnya dihabiskan untuk bersaing dengan GoTo. Hal ini pada gilirannya akan meningkatkan daya tawarnya dengan regulator, pemasok, dan mitra.
"Kekhawatiran utama kami saat ini berkisar pada masalah monopoli, potensi gangguan operasional selama proses integrasi, dan potensi gagalnya kesepakatan," imbuh Christopher.
Â
Advertisement
Perkuat Dominasi
Dari perspektif industri, Pengamat pasar Modal sekaligus Founder Stocknow.id, Hendra Wardana mengatakan penggabungan dua raksasa transportasi digital ini akan memperkuat dominasi di Asia Tenggara, mengurangi persaingan langsung, dan meningkatkan efisiensi operasional.
"Dengan ekosistem yang lebih besar, sinergi bisnis di sektor ride-hailing, layanan keuangan digital, dan e-commerce bisa lebih optimal. Namun, tantangan besar juga mengintai, mulai dari potensi hambatan regulasi anti monopoli hingga tantangan dalam mengintegrasikan budaya perusahaan yang berbeda," kata Hendra kepada Liputan6.com.
Dari sudut pandang investor, Hendra mencermati optimisme terhadap GOTO semakin kuat. Sejak awal tahun 2025, saham GOTO telah menguat 18 persen secara year-to-date (YTD), mencerminkan keyakinan pasar terhadap perbaikan kinerja perusahaan. Hal ini didukung oleh laporan keuangan 9M24 yang menunjukkan peningkatan pendapatan 11 persen yoy menjadi Rp 11,6 triliun, serta perbaikan laba usaha dan laba bersih yang masing-masing tumbuh 76,7 persen yoy dan 52,7 persen yoy.
"Lebih penting lagi, Adjusted EBITDA GOTO hampir mencapai titik impas di -Rp13 miliar, mendekati target positif di 2024. Jika tren ini berlanjut, bukan tidak mungkin GOTO akan mencetak EBITDA positif pada 2025, membuka peluang bagi investor institusi untuk masuk lebih dalam," ulas Hendra.
Prospek Saham GOTO
Dari sisi teknikal, saham GOTO saat ini berada dalam tren positif dengan resistance kuat di level 91. Jika mampu breakout dari level ini, saham berpeluang besar menguji level psikologis 100.
Bloomberg memperkirakan valuasi saham GOTO dalam skenario merger bisa mencapai lebih dari Rp 100 per lembar, dengan Grab disebut-sebut menargetkan akuisisi pada valuasi lebih dari USD 7 miliar. Dengan sentimen merger yang semakin intens dan potensi profitabilitas yang semakin nyata, investor perlu mencermati momentum ini.
"Jika GOTO benar-benar mencapai EBITDA positif dan merger terealisasi, bukan tidak mungkin saham ini akan kembali menarik perhatian pasar dan mendekati harga IPO-nya. Namun bagi trader jangka pendek, level 91 menjadi kunci, karena breakout dari level ini bisa membuka ruang kenaikan yang lebih besar," imbuh Hendra.
Â
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Advertisement