Liputan6.com, New York - Wall Street terjatuh pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Terdapat dua sentimen utama yang menjadi penekan Wall Street. Pertama mengenai stabilitas ekonomi Amerika Serikat (AS) dan kedua mengenai rencana keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau biasa disebut Britain Exit (Brexit).
Mengutip Reuters, Rabu (15/6/2016), Dow Jones Industrial Averange (DJIA) turun 57,66 poin atau 0,33 persen ke angka 17.674,82. Indeks S&P 500 juga melemah 3,74 poin atau 0,18 persen ke angka 2.075,32. Sedangkan Indeks Nasdaq turun 4,89 poin atau 0,10 persen ke angka 4.843,55.
Baca Juga
Dalam empat sesi perdagangan terakhir, indeks S&P 500 telah turun 2 persen. Empat dari 10 sektor pembentuk indeks tersebut melemah dengan penurunan terbesar dibukukan oleh sektor keuangan yang turun 1,45 persen. Saham Wells Fargo turun 2,27 persen dan JP Morgan Chase melemah 1,88 persen.
Advertisement
Baca Juga
Menurut data Reuters, sekitar 7,4 miliar saham ditransaksikan di bursa AS pada perdagangan Selasa ini, Lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata transaksi harian yang ada di angka 6,7 miliar saham.
Bank Sentral AS memulai pertemuan tertutup selama dua hari untuk membahas kebijakan moneter. Dalam pembahasan ini, Bank Sentral AS akan melihat apakah data-data ekonomi yang ada akan bisa mendukung rencana kenaikan suku bunga.
Data ekonomi yang baru saja keluar adalah data penjualan ritel bulan Mei. Data tersebut cukup positif karena 0,5 persen lebih baik di atas perkiraan para analis dan ekonom. "Fokus dari pelaku pasar adalah berapa besar kenaikan suku bunga sepanjang tahun ini," jelas Bill Northey, chief investment officer U.S. Bank.
Selain mengenai kebijakan moneter, fokus pelaku pasar saat ini adalah referendum yang akan dilakukan Inggris. Negara tersebut akan melakukan jajak pendapat untuk memutuskan apakah keluar atau tidak dari Uni Eropa.
Referendum tersebut membuat pelaku pasar memilih untuk memindahkan investasi ke aset safe haven seperti emas dan yen. Apapun hasil keputusan dari referendum tersebut akan mempengaruhi Wall Street. Namun untuk saat ini sentimen yang ada adalah sentimen negatif.