Liputan6.com, Jakarta Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu bergerak perkasa pada awal sesi perdagangan saham Jumat pekan ini. Pergerakan IHSG ikuti laju bursa global.
Pada pembukaan perdagangan saham, Jumat (5/8/2016), IHSG menanjak 20,4 poin atau 0,38 persen ke level 5.394,27. Indeks saham LQ45 menguat 0,46 persen ke level 924,78. Seluruh indeks saham acuan kompak menguat.
Ada sebanyak 114 saham menghijau sehingga mendorong penguatan IHSG. 23 saham melemah dan 62 saham lainnya diam di tempat. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 7.213 kali dengan volume perdagangan 173,6 juta saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 265,8 miliar.
Advertisement
Pada awal sesi, IHSG sempat sentuh level tertinggi 5.399,71 dan terendah 5.377,41. Investor asing melakukan aksi jual sekitar Rp 8,3 miliar.
Secara sektoral, sebagian besar sektor saham menghijau kecuali sektor saham aneka infrastruktur yang melemah 0,25 persen. Penguatan dipimpin sektor saham infrastruktur yang naik 1,86 persen.
Saham-saham yang menguat terbesar antara lain saham SMAR naik 12,36 persen ke level Rp 5.000 per saham, saham MYOH menanjak 10,08 persen ke level Rp 665 per saham, dan saham BTPN menguat 4,78 persen ke level Rp 2.630 per saham.
Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham CTTH turun 6,98 persen ke level Rp 80 per saham, saham BBYB merosot 3,67 persen ke level Rp 210 per saham, dan saham SUGI tergelincir 3,59 persen ke level Rp 276 per saham.
Analis PT Reliance Securities Lanjar Nafi mengatakan, IHSG akan bergerak pada support 5.320 dan resistance 5.410. "Sehingga disarankan investor berhati-hati dan mulai sell on strength terhadap saham yang telah signifikan," kata dia di Jakarta, Jumat (5/8/2016).
Pada perdagangan kemarin, IHSG ditutup menguat 21,98 poin atau 0,41 persen ke level 5.373,86. Sektor pertanian memimpin penguatan sedangkan sektor aneka industri memimpin pelemahan saham setelah saham PT Astra International Tbk (ASII) tertekan hingga 2,5 persen," tambah dia.
Penguatan IHSG sejalan dengan Bursa Asia yang sebelumnya mengalami koreksi. Penguatan tersebut didorong oleh penguatan harga minyak dunia. Harga minyak dunia melonjak seiring turunnya pasokan bensin di AS sehingga mengimbangi produksi minyak mentah.