Melihat Kinerja Saham Paling Aktif di Pasar Modal Indonesia

PT Adaro Energy Tbk mencatatkan pertumbuhan paling tinggi di antara saham yang masuk indeks saham LQ45 hingga Oktober 2016.

oleh Agustina Melani diperbarui 02 Nov 2016, 17:40 WIB
Diterbitkan 02 Nov 2016, 17:40 WIB
20151112--Investor-Summit-2015-Jakarta-AY
Terlihat data pasar modal saat pameran Investor Summit 2015 di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (12/11/2015). Investor Summit diselengarakan sebagai upaya agar masyarakat Indonesia paham tentang pasar modal. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Kinerja indeks saham yang memuat saham-saham teraktif atau disebut indeks saham LQ45 tumbuh 16,86 persen secara year to date (ytd) menjadi 925,57 pada perdagangan saham Selasa 1 November 2016.

Kinerja indeks saham LQ45 tersebut memang di bawah kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 17,92 persen ke level 5.416. Sejumlah saham-saham yang masuk LQ45 mencatatkan pertumbuhan tajam terutama di sektor tambang. Bahkan kenaikannya dapat mencapai 100 persen.

Berdasarkan data RTI seperti dikutip Rabu (2/11/2016), saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) naik 218,45 persen ke level Rp 1.640 per saham pada perdagangan 1 November 2016. Saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) naik 186,62 persen ke level Rp 586 per saham. Sedangkan saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menguat 180,11 persen menjadi Rp 12.675 per saham.

Selain sektor tambang, sektor saham konsumsi yang masuk LQ45 juga membukukan kenaikan tajam. Saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) menguat 64,25 persen ke level Rp 8.500 per saham. Sedangkan saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) naik 20,14 persen ke level Rp 44.450 per saham.

Analis menilai kenaikan harga batu bara pada tahun ini berimbas ke emiten batu bara. Hal itu juga membantu pergerakan harga sahamnya. Kepala Riset PT Buana Capital Suria Dharma menuturkan harga batu bara naik pada tahun ini di luar dugaan. Mengingat harga batu bara cenderung melemah sejak 2012-2013.

"Kenaikan harga batu bara terjadi lantaran China memangkas persediaan batu bara. Jadi pertanyaannya apakah kenaikan harga batu bara ini bisa bertahan lama karena tergantung persediaan dan permintaan," ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.

Hal senada dikatakan, Analis PT Asjaya Indosurya Securities William Suryawijaya. Kenaikan saham emiten tambang didorong efek harga batu bara pada 2016. Harga batu bara ini juga dibayangi dari kebijakan pemerintah China.

"Ditambah cuaca dan kebutuhan dalam negeri meningkat apalagi pemerintah mendorong pembangunan pembangkit listrik yang memiliki bahan bakar batu bara," ujar dia.

Sedangkan sektor saham barang konsumsi menguat, William menilai hal itu lantaran sifat sektor saham barang konsumsi yang defensif. Suria menilai meski harga sektor saham barang konsumsi naik tetapi volume perdagangannya cenderung mendatar. Kenaikan harga saham sektor konsumsi lebih dipengaruhi emiten yang menaikkan harga produk.

Untuk pilihan saham LQ45, William memilih sektor saham barang konsumsi antara lain PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF). Sedangkan sektor saham perbankan yang jadi pilihannya yaitu saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).

Adapun saham-saham yang mencatatkan kinerja pertumbuhan signifikan hingga awal Oktober 2016 antara lain PT Adaro Energy Tbk (ADRO) naik 218,45 persen ke level Rp 1.640 per saham, saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) naik 186,62 persen menjadi Rp 586 per saham, saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menanjak 180,11 persen menjadi Rp 12.675 per saham, saham PT Elnusa Tbk (ELSA) menguat 89,47 persen ke level Rp 468 per saham, dan saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) melonjak 64,25 persen ke level Rp 8.500 per saham. (Ahm/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya