Liputan6.com, New York - Aksi jual dengan volume perdagangan yang rendah telah menekan bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street. Aksi jual itu dipicu oeh data penjualan kembali rumah turun tajam.
Pada penutupan perdagangan saham Rabu (Kamis pagi WIB), Kamis (29/12/2016), indeks saham Dow Jones merosot 111,08 poin atau 0,56 persen ke level 19.833. Indeks saham S&P 500 melemah 18,97 poin atau 0,84 persen ke level 2.249,91. Sedangkan indeks saham S&P turun 48,89 poin atau 0,89 persen ke level 5.438,56.
Data perumahan turun pada November 2016 ke level terendah dalam setahun. Hal itu menunjukkan sinyal kenaikan suku bunga dapat bebani pasar properti atau perumahan.
Advertisement
Baca Juga
Indeks sektor perumahan merosot 1,2 persen, ke level terendah dalam tiga minggu. Selain itu, indeks saham S&P 500 juga mencetak penurunan terburuk secara harian sejak 11 Oktober.
Saham teknologi membebani indeks saham acuan. Saham Nvidia turun 6,9 persen ke level US$ 109,25, turut berkontribusi menekan indeks saham. Saham Boeing turun 0,9 persen menjadi US$ 156,10 usai Delta Air Line membatalkan order senilai US$ 4 miliar untuk 18 pesawat Dreamliner.
Sektor saham teknologi S&P turun 0,9 persen usai sentuh level tertinggi sejak 2000 pada perdagangan Selasa. "Begitu banyak kabar buruk pada hari ini yang menekan pasar. Pernyataan John Kerry soal Israel dapat menganggu kedamaian di timur tengah. Hal itu membuat pasar panik," ujar Keith Bliss, Senior Vice President Cuttone and Co seperti dikutip dari laman Reuters.
Volume perdagangan saham tercatat 4,82 miliar saham di Wall Street. Angka ini di bawah rata-rata perdagangan saham 7,2 miliar saham.
Â