Sempat Berada di Zona Hijau, Wall Street AkhirnyaTumbang

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 59,86 poin atau 0,29 persen ke level 20.596,72.

oleh Arthur Gideon diperbarui 25 Mar 2017, 05:30 WIB
Diterbitkan 25 Mar 2017, 05:30 WIB
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 59,86 poin atau 0,29 persen ke level 20.596,72.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 59,86 poin atau 0,29 persen ke level 20.596,72.

Liputan6.com, New York - wall Street melemah pada penutupan perdagangan Jumat (Sabtu pagi waktu Jakarta). Sentimen yang mempengaruhi gerak bursa di Amerika Serikat (AS) tersebut adalah rencana perombakan sistem kesehatan di negara tersebut.

Mengutip Reuters, Sabtu (25/3/2017), indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 59,86 poin atau 0,29 persen ke level 20.596,72. S&P 500 juga melemah 1,98 poin atau 0,08 persen ke angka 2.343,98. Kebalikannya, Sedangkan Nasdaq Composite justru menguat 11,05 poin atau 0,19 persen ke level 5.828,74.

Pergerakan Wall Street cukup dramatis pada perdagangan Jumat ini. Indeks Acuan S&P 500 sempat terangkat ke wilayah positif di awal perdagangan tetapi kemudian terjatuh kembali ke zona merah setelah Partai Republik menarik rencana untuk mengubah sistem kesehatan di AS yang telah berjalan selama ini.

Para investor melihat bahwa kegagalan dari perubahan RUU Kesehatan ini akan mempengaruhi agenda ekonomi yang lainnnya dari Presiden AS Donald Trump yang merupakan wakil dari Partai Republik.

Dengan kegagalan untuk mengubah Obamacare ini membuat investor sedikit pesimistis dengan rencana agenda reformasi ekonomi dari Presiden Trump yang lainnya seperti pemotongan pajak.

"Untuk Obamacare memang cukup rumit. Semoga nanti mereka bisa kembali maju lagi dengan rencana pemotongan pajak," jelas analis Wells Fargo Asset Management, Boston, AS, Margaret Patel.

"Dengan mundurnya rencana perombakan sistem kesehatan ini mungkin justru ada indikasi akan ada agenda yang lebih ambisius dari presiden untuk reformasi ekonomi ke depannya" tutur analis Global Markets Advisory Group, New York, AS, Peter Kenny. (Gdn/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya