Saham Unggulan Tertekan, IHSG Lesu Selama Sepekan

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 1,13 persen didorong saham-saham unggulan yang merosot.

oleh Agustina Melani diperbarui 22 Jul 2017, 09:36 WIB
Diterbitkan 22 Jul 2017, 09:36 WIB
Ilustrasi laju IHSG
Ilustrasi laju IHSG

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung lesu dalam sepekan didorong saham-saham unggulan masuk LQ45 yang tertekan.

Mengutip laporan PT Ashmore Assets Management Indonesia, Jumat (21/7/2017), IHSG melemah 1,13 persen dari level 5.831,79 pada Jumat 14 Juli 2017 menjadi 5.765,42 pada 21 Juli 2017.

Penurunan IHSG didorong saham-saham unggulan yang masuk LQ45 tergelincir 1,56 persen. Investor asing juga mencatatkan aksi jual sekitar US$ 344 juta atau sekitar Rp 4,58 triliun (asumsi kurs Rp 13.320 per dolar Amerika Serikat) di pasar saham Indonesia selama sepekan.

Sementara itu, di pasar surat utang atau obligasi, naik 0,7 persen selama sepekan. Imbal hasil surat utang bertenor 10 tahun mendatar 6,9 persen. Dibandingkan pasar saham, investor asing malah mencatatkan aksi beli sekitar US$ 684 juta.

Lalu sentimen apa saja pengaruhi pasar keuangan selama sepekan? Dari eksternal, inflasi Amerika Serikat (AS) menjadi sorotan. Inflasi AS masih rendah dari target inflasi 2 persen. Selain itu, data ekonomi seperti penjualan ritel melemah dibandingkan konsensus. Sedangkan produksi industri cenderung meningkat. Ditambah defisit anggaran lebih tinggi dari yang diharapkan. Defisit anggaran AS mencapai US$ 90,2 miliar.

Selain itu, rencana program perawatan kesehatan partai republik akan diumumkan. Empat senator dari partai republik mundur untuk mendukung rencana perawatan kesehatan baru sehingga membuat rencana perawatan kesehatan dibatalkan sementara waktu.

Sentimen politik juga masih membayangi AS. Presiden AS Donald Trump dinilai terus diawasi oleh penasihat khusus. Politik terus menjadi hambatan saat pengacara khusus AS menyelidiki kemungkinan hubungan antara kampanye Donald Trump dan Rusia saat pemilihan tahun lalu. Penyelidikan itu masih memeriksa berbagai transaksi yang melibatkan bisnis Trump dan rekan-rekannya.

Pada pekan ini, sejumlah hasil pertemuan bank sentral menjadi perhatian. Dari Eropa, pernyataan pimpinan bank sentral Eropa menjadi fokus pelaku pasar. Bank sentral Eropa menunda untuk diskusi soal pengetatan stimulus lantaran para pembuat kebijakan masih menunggu inflasi dan ekonomi kembali pulih.

Dari Jepang, bank sentral Jepang tetap mempertahankan kebijakan moneternya usai lakukan pertemuan dalam dua hari. Akan tetapi, bank sentral Jepang memangkas prediksi inflasi tahun fiskal 2017-2018 dan 2018-2019.

Bank sentral Jepang mengharapkan inflasi berada di kisaran 1,1 persen untuk tahun fiskal. Angka ini turun dari prediksi 1,4 persen. Sedangkan tahun fiskal 2018, inflasi diharapkan 1,8 persen.

Adapun sentimen internal yang pengaruhi pasar yaitu laporan keuangan emiten kuartal II 2017. Salah satunya rilis kinerja Bank Mandiri pada kuartal II 2017 yang sesuai harapan. Diharapkan pekan depan akan berlanjut rilis laporan kinerja keuangan semester I 2017.

 

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

 

 

Aksi Jual Investor Asing Jadi Sorotan

Apa yang akan dicermati ke depan?

PT Ashmore Assets Management Indonesia menyoroti aksi jual investor asing mulai keluar sejak awal Juli dari pasar saham Indonesia. Ashmore melihat dana investor asing semakin deras keluar dari pasar saham Indonesia pada awal Juli 2017 ketimbang Juni 2017.

Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah arus dana investasi oleh investor asing bakal berlanjut hingga kuartal III 2017? Ada sejumlah alasan mengapa pasar bisa melihat arus dana investor asing yang keluar bakal berkurang. Pertama, adanya penyeimbangan kembali portofolio investasi indeks saham MSCI usai diperkenalkannya China A-Share telah mendorong arus dana investor asing keluar.

Kedua, data ekonomi AS tidak membawa kepercayaan global. Pertumbuhan ekonomi tanpa ada keyakinan dapat membuat arus dana investor asing berbalik arah. Selain itu, investor juga dapat beralih aset investasi kurang risiko seperti obligasi.

Kemudian seberapa besar penjualan asing yang mempengaruhi IHSG? Selama 13 hari perdagangan sepanjang Juli 2017, indeks saham bergerak positif sekitar tujuh kali meski arus dana investor asing kelaur dari pasar saham. Meski indeks saham turun 1 persen, kemungkinan penjualan investor asing terus ditopang oleh arus dana pembelian saham oleh investor domestik.

Investor domestik masih mendominasi transaksi perdagangan saham harian yang mencapai 60 persen-65 persen. Oleh karena itu, ini menjadi alasan tidak terlalu khawatirkan arus dana investor asing yang keluar dari pasar saham.

Selanjutnya apa yang dapat mengubah persepsi investor asing? Pada periode Maret-April, investor asing aktif masuk ke pasar saham Indonesia didorong data makro Indonesia mengejutkan terutama penerimaan pajak.

Selain itu, Indonesia mencatatkan surplus perdagangan dan cadangan devisa meningkat. Namun, kenaikan belanja belum dimanfaatkan. Pada semester II 2017, kenaikan belanja ekonomi dapat menggairahkan pertumbuhan.

Selain itu, investor asing juga masih melihat valuasi saham di pasar saham Indonesia masih menarik dengan price earning (pe) 14,5-15 kali. Valuasi saham ini rata-rata 10 tahun sebelum investor asing aktif masuk pada Maret 2017. Saat ini, PE IHSG di kisaran 17 kali dan di atas rata-rata. Oleh karena itu, Ashmore melihat agar pasar kembali bergairah, kinerja IHSG perlu ditingkatkan dengan catatan jika pertumbuhan ekonomi memenuhi harapan.

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya