Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang menguat pada perdagangan saham Kamis pekan ini. Rilis suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) akan bayangi IHSG.
Analis PT Asjaya Indosurya Securities, William Suryawijaya menilai, pola pergerakan IHSG dapat kembali cetak rekor tertinggi baru. Hal itu terjadi meski di tengah aliran dana investor asing yang keluar masih terus berlangsung.
"IHSG berpotensi menguat dengan kisaran 5.972-6.123," ujar William dalam ulasannya, Kamis (14/12/2017).
Advertisement
Sementara itu, Analis PT Reliance Securities, Lanjar Nafi mengatakan, IHSG Berpeluang menguat dengan kisaran 6.034-6.080. "Pergerakan IHSG mematahkan moving average lima harian dan 20 harian dengan indikasikan penguatan. IHSG berpeluang menguat terbatas dengan indikator indeks yang tertahan dan uji level atas," jelas Lanjar.
Pada perdagangan saham Rabu 13 Desember 2017, IHSG naik 22,23 poin ke posisi 6.054. Sektor saham industri dasar, perdagangan, dan pertambangan catatkan penguatan di atas satu persen. Investor asing melakukan aksi jual Rp 530,76 miliar dengan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) paling ramai dijual.
Untuk pilihan saham, Lanjar memilih saham PT AKR Corpindo Tbk (AKRA), PT Elnusa Tbk (ELSA), dan PT Timah Tbk (TINS).
William menuturkan, PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT Jasa Marga Tbk (JSMR), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA).
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
IHSG Naik 22 Poin pada Perdagangan Kemarin
Sebelumnya laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bervariasi pada perdagangan saham Rabu pekan ini. Akan tetapi, IHSG mampu berbalik arah ke zona hijau di tengah nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Pada penutupan perdagangan saham, Rabu 13 Desember 2017, IHSG naik 22,23 poin atau 0,37 persen ke posisi 6.054,60. Indeks saham LQ45 menguat 0,24 persen ke posisi 1.021. Seluruh indeks saham acuan kompak menghijau.
Ada sebanyak 187 saham menguat sehingga mengangkat IHSG ke zona hijau. Sedangkan 145 saham melemah sehingga menahan penguatan IHSG. 123 saham lainnya diam di tempat.
Pada Rabu pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.054,60 dan terendah 6.020,10. Total frekuensi perdagangan saham sektiar 290.449 kali dengan volume perdagangan saham 12,4 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 6,3 triliun. Investor asing melakukan aksi jual Rp 514 miliar di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat berada di kisaran Rp 13.582.
Baca Juga
Secara sektoral, sebagian besar sektor saham menghijau. Sektor saham aneka industri turun 1,29 persen, sektor saham pertanian melemah 0,31 persen dan sektor saham barang konsumsi tergelincir 0,10 persen.
Sedangkan sektor saham industri dasar naik 2,35 persen, dan catatkan penguatan terbesar. Disusul sektor saham perdagangan menguat 1,42 persen dan sektor saham tambang mendaki 1,01 persen.
Saham-saham yang catatkan top gainers antara lain saham KRAS naik 14,71 persen ke posisi Rp 390 per saham, saham SMDR melonjak 13,74 persen ke posisi Rp 414 per saham, dan saham AISA menanjak 12,70 persen ke posisi Rp 426 per saham.
Sedangkan saham-saham yang tergelincir antara lain saham SIMA melemah 9,4 persen ke posisi Rp 212, saham FINN susut 5,8 persen ke posisi Rp 130 per saham, dan saham GTBO tergelincir 5,13 persen ke posisi Rp 185 per saham.
Bursa Asia pun bervariasi. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 1,49 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi menanjak 0,79 persen, indeks saham Shanghai menguat 0,68 persen dan indeks saham Taiwan naik 0,26 persen. Sedangkan indeks saham Jepang Nikkei tergelincir 0,07 persen dan indeks saham Singapura melemah 0,07 persen.
Analis PT Asjaya Indosurya Securities William Suryawijaya menilai, IHSG cenderung konsolidasi lantaran sambil tunggu suku bunga acuan Bank Indonesia (BI). "Penantian suku bunga acuan BI memberikan sentimen meski diperkirakan suku bunga acuan tetap," ujar William.
Ia menuturkan, pergerakan harga komoditas juga bayangi IHSG. Pergerakan harga batu bara mulai stabil berdampak ke emiten-emiten tambang. "Ditambah pelaku pasar juga menanti kinerja emiten," ujar William.
Advertisement