Harga Minyak AS Naik, Wall Street Menguat Terbatas

Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street cenderung bergerak variatif pada penutupan perdagangan Kamis (Jumat pagi waktu Jakarta). Penguatan saham terjadi pada indeks Dow Jones dan S&P 500, sementara Nasdaq tergelincir.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 23 Feb 2018, 05:26 WIB
Diterbitkan 23 Feb 2018, 05:26 WIB
Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street cenderung bergerak variatif pada penutupan perdagangan Kamis (Jumat pagi waktu Jakarta). Penguatan saham terjadi pada indeks Dow Jones dan S&P 500, sementara Nasdaq tergelincir.

Mengutip Reuters, Jumat (23/2/2018), indeks saham Dow Jones Industrial Average naik 164,7 poin atau 0,66 persen ke level 24.962,48. Indeks S&P 500 menguat tipis 0,10 persen atau 2,63 poin ke posisi 2.703,96.

Sedangkan Nasdaq justru terjatuh dengan penurunan 8,14 poin atau 0,11 persen ke level 7.210,09. Volume saham yang diperdagangkan di bursa saham AS mencapai 6,81 miliar saham.

Penguatan indeks utama Wall Street ditopang kenaikan sektor saham industri dan energi. Sektor saham industri naik 0,59 persen.

Saham Quanta Service Inc (PWR.N) memimpin penguatan sebesar 3,08 persen dan United Technologies Corp (UTX.N) yang naik 3,3 persen.

Sementara sektor saham energi, SPNY naik 1,08 persen seiring dengan lonjakan harga minyak karena penurunan stok minyak mentah AS.

Saham Chesapeake Energy Corp meningkat 21,67 persen atau kenaikan harian terbesar sejak April 2016 setelah merilis laporan kuartalan dan prospek perusahaan.

Sentimen lain penguatan indeks utama bursa saham AS karena kekhawatiran kenaikan imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS) yang sudah mereda.

Hal itu terjadi setelah ada pernyataan dari The Fed yang mampu menenangkan pasar terhadap kecemasan penyesuaian suku bunga acuan yang lebih cepat.

Seperti diketahui, Wall Street melemah pada perdagangan Rabu 22 Februari 2018 setelah hasil rapat bank sentral makin percaya diri menaikkan suku bunga.

Sebagian besar pelaku pasar masih memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak tiga kali pada 2018. Dan akan dimulai pada pertemuan The Fed Maret ini.

Namun demikian, banyak analis memprediksi pasar akan mampu menghadapi kenaikan suku bunga tersebut selama data-data ekonomi mendukung dengan laju peningkatan yang rendah.

 

Penurunan Saham Walmart Bikin Wall Street Tersungkur

Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Wall Street tersungkur. Indeks acuan Amerika Serikat (AS) Dow Jones Industrial Average (DJIA) dan S&P 500 terjatuh pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta) setelah sebelumnya meraih penguatan dalam enam sesi berturut-turut.

Pendorong pelemahan indeks acuan tersebut karena penurunan tajam saham Walmart.

Indeks acuan Nasdaq Composite pun juga melemah tetapi tak terlalu besar karena terbantu kenaikan saham-saham blue chip salah satunya adalah Amazon.

Mengutip Reuters, Rabu (21/2/2018), Dow Jones Industrial Average turun 254,63 poin atau 1,01 persen menjadi 24.964,75. Indeks S&P 500 kehilangan 15,96 poin atau 0,58 persen menjadi 2.716,26.

Sedangkan Nasdaq Composite turun 5,16 poin atau 0,07 persen menjadi 7.234,31.

Walmart yang merupakan perusahaan peritel terbesar di AS melaporkan bahwa laba yang mereka bukukan lebih rendah dari perkiraan pasar dan mencatatkan penurunan tajam pada penjualan online selama masa liburan musim dingin kemarin.

Saham Walmart merosot 10,2 persen, dan mengalami penurunan persentase terbesar sejak Januari 1988.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya