Penurunan Saham Walmart Bikin Wall Street Tersungkur

Wall Street terus berombak pada beberapa pekan terakhir.

oleh Arthur Gideon diperbarui 21 Feb 2018, 05:06 WIB
Diterbitkan 21 Feb 2018, 05:06 WIB
Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Wall Street tersungkur. Indeks acuan Amerika Serikat (AS) Dow Jones Industrial Average (DJIA) dan S&P 500 terjatuh pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta) setelah sebelumnya meraih penguatan dalam enam sesi berturut-turut.

Pendorong pelemahan indeks acuan tersebut karena penurunan tajam saham Walmart.

Indeks acuan Nasdaq Composite pun juga melemah tetapi tak terlalu besar karena terbantu kenaikan saham-saham blue chip salah satunya adalah Amazon.

Mengutip Reuters, Rabu (21/2/2018), Dow Jones Industrial Average turun 254,63 poin atau 1,01 persen menjadi 24.964,75. Indeks S&P 500 kehilangan 15,96 poin atau 0,58 persen menjadi 2.716,26.

Sedangkan Nasdaq Composite turun 5,16 poin atau 0,07 persen menjadi 7.234,31.

Walmart yang merupakan perusahaan peritel terbesar di AS melaporkan bahwa laba yang mereka bukukan lebih rendah dari perkiraan pasar dan mencatatkan penurunan tajam pada penjualan online selama masa liburan musim dingin kemarin.

Saham Walmart merosot 10,2 persen, dan mengalami penurunan persentase terbesar sejak Januari 1988.

 


Volatilitas Tinggi

Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Wall Street terus berombak pada beberapa pekan terakhir. Sempat turun lebih dari 10 persen dari level tertinggi yang dibukukan pada 26 Januari lalu tetapi mampu berbalik arah dan menhguat pada pekan lalu yang kemudian menjadi kenaikan mingguan terbaik dalam lima tahun.

"Sebenarnya pelaku pasar masih memperdebatkan kinerja ekonomi secara fundamental. Tetapi jelas Walmart membuat pelaku pasar ketakutan," kata analis senior Global Markets Advisory Group, New York, AS, Peter Kenny.

"Saat ini pelaku pasar tengah mencari konfirmasi soal pijakan kokoh untuk pergerakan Wall Street ke depannya," tambah dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya