Liputan6.com, Jakarta Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan penguatan pada perdagangan saham Jumat pekan ini.
Pada pra pembukaan perdagangan saham, Jumat (14/12/2018), IHSG naik 0,84 poin atau 0,01 persen ke posisi 6.178,5. Pada pukul 09.00 WIB, IHSG menguat tipis 0,04 poin atau 0 persen ke posisi 6.177,7.
Adapun Indeks saham LQ45 menguat 0,06 persen ke posisi 987,8. Seluruh indeks saham acuan kompak menguat.
Advertisement
Pada awal sesi perdagangan, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.181,5 dan terendah 6.174,8. Total frekuensi perdagangan saham 11.701 kali dengan volume perdagangan 350,6 juta saham.
Baca Juga
Sedangkan nilai transaksi harian saham Rp 296,3 miliar. Investor asing beli saham Rp 47,3 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.552.
Adapun sektor saham yang menguat yakni infrastruktur sebesar 1,16 persen, dan bukukan penguatan terbesar. Disusul sektor saham perdagangan menanjak 0,23 persen dan sektor saham perkebunan mendaki 0,08 persen.
Pada Kamis pagi ini, sejumlah saham catatkan top gainers antara lain saham ARTA menguat 22,92 persen ke posisi Rp 590 per saham, saham AKSI melonjak 16,28 persen ke posisi Rp 500 per saham, dan saham ETWA mendaki 13,89 persen ke posisi Rp 82 per saham.
Sementara itu saham-saham yang tertekan antara lain saham POLA susut 10,61 persen ke posisi Rp 1.600 per saham, saham BPTR merosot 7,32 persen ke posisi Rp 76 per saham, dan saham META tergelincir 5,74 persen ke posisi Rp 230 per saham.
Memasuki Pemilu 2019, Bagaimana Kondisi IHSG dan Rupiah?
Indonesia hadapi tahun politik dengan pelaksanaan pemilihan umum (Pemilu) 2019. Meski memasuki tahun politik, kondisi pasar keuangan Indonesia berpotensi tumbuh.
Chief Economist and Invesment Strategies PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, Katarina Setiawan menyebutkan, pemilu tidak akan berdampak negatif terhadap pasar keuangan Indonesia.
Dia juga menjelaskan, iklim politik sudah di Indonesia sudah terasa sejak dua tahun lalu dan terbukti tidak menimbulkan hal yang tidak diinginkan terhadap kondisi pasar keuangan.
"Tnjauan pasar 2019 yang katanya tahun politik memang tahun politik tapi sebetulnya tahun politik sudah dimulai 2 tahun lalu sejak tahun 2017," kata dia dalam sebuah acara diskusi di kantornya, Jakarta, Kamis (13/12/2018).
Baca Juga
Untuk lebih meyakinkan, dia membandingkan kondisi pasar keuangan Indonesia saat pemilu terjadi beberapa tahun ke belakang.
Pada pemilu 2004, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau naik 45 persen sebagai dampak dari adanya pesta demokrasi tersebut.
"Kita melihat bahwa kita bandingkan dengan pemilu - pemilu yang lalu apa yang terjadi dengan pasar saham. Tahun 2004 itu IHSG naik 45 persen," ujar dia.
Kemudian pemilu selanjutnya pada 2009 masih memberikan dampak positif terhadap pasar keuangan. Ditandai dengan naiknya IHSG sebesar 87 persen. "Kemudian di 2009 naik 87 persen, ada euforia pemilu," ujar dia.
Selanjutnya pemilu 2014 silam, pasar keuangan juga menuai dampak positif dengan naiknya IHSG sebesar 22 persen. "Tahun 2014 naik juga 22 persen. Jadi di 3 siklus pemilu yang lalu secara konsisten IHSG itu naik tiap kali pemilu," dia menambahkan.
Sementara itu, posisi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) saat pemilu juga terpantau stabil meski melemah di tiga siklus pemilu tersebut.
Pada 2004, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah 10 persen. Kemudian pada pemilu berikutnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat 10 persen pada 2009. Lalu pada pemilu 2014 posisi nilai tukar kembali melemah 2 persen.
"(Prediksi rupiah di 2019) rangenya antara melemah 10 persen sampai menguat 15 persen. jadi sebetulnya kalau kita melihat siklus - siklus pemilu yang lalu dan diskusi dengan berbagai pengamat politik kemudian lembaga survei dan tokoh - tokoh politik, itu sebetulnya dengan pemilu yang akan datang pemilu itu akan berjalan aman dan juga masyarakat itu sebetulnya tidak perlu terlalu khawatir," ujar dia.
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com
Advertisement