Pertumbuhan Ekonomi Tak Sesuai Prediksi, IHSG Jebol ke 6.124,64

Investor asing jual saham Rp 1,1 triliun di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.263.

oleh Arthur Gideon diperbarui 06 Agu 2019, 14:14 WIB
Diterbitkan 06 Agu 2019, 14:14 WIB
Pembukaan-Saham
Pengunjung tengah melintasi layar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (13/2). Pembukaan perdagangan bursa hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat menguat 0,57% atau 30,45 poin ke level 5.402,44. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih terus berada di zona merah pada perdagangan Selasa siang ini. Investor asing melakukan aksi jual hingga Rp 1,1 triliun.

Pada perdagangan sesi kedua Selasa (6/8/2019) IHSG melemah 51,68 poin atau 0,84 persen ke posisi 6.124,64. Sementara itu, indeks saham LQ45 juga turun 1,21 persen ke posisi 964,15. Seluruh indeks acuan berada di zona merah.

Sebanyak 320 saham melemah. Selain itu 89 saham menguat dan 106 saham diam di tempat. Pada perdagangan hari ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.157,76 dan terendah 6.022,59.

Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham 387.121 kali dengan volume perdagangan 12 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 6,7 triliun.

Investor asing jual saham Rp 1,1 triliun di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.263.

Sebagian besar sektor saham melemah sehingga menyeret IHSG ke zona merah. Sektor saham yang turun paling tajam yaitu sektor industri dasar yang turun 2,09 persen. Kemudian disusul sektor keuangan turun 1,74 persen dan sektor perdagangan turun 0,99 persen.

Kepala Riset Valbury Sekuritas Alfiansyah mengatakan, kecemasan perang dagang AS dan China masih membayangi dan menjadi sentimen negatif bagi IHSG. "Apalagi data ekonomi Indonesia di bawah ekspektasi. Ini dapat memicu IHSG kembali terkoreksi," ujar Alfiansyah.

Kebijakan Presiden AS Donald Trump yang akan menerapkan bea masuk sebesar 10 persen terhadap barang-barang impor China mulai 1 September 2019 mendatang, dinilai akan berdampak kepada perekonomian global termasuk bagi perekonomian Indonesia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya