Bursa Saham Asia Dibuka Beragam, Jepang Positif tapi Korea Selatan Tertekan

Indeks MSCI Asia-Pasifik di luar Jepang diperdagangkan 0,06 persen lebih tinggi. Ini adalah indeks yang menjadi patokan bursa saham di Asia.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 29 Des 2020, 08:30 WIB
Diterbitkan 29 Des 2020, 08:30 WIB
Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Orang-orang berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham di Asia Pasifik dibuka beragam pada perdagangan Selasa ini. Sedangkan di AS, Wall Street ditutup menguat dan mencetak rekor tertinggi.

Mengutip CNBC, Selasa (29/12/2020), indeks Nikkei Jepang 225 naik 0,54 persen. Sedangkan indeks Topix naik 0,61 persen.

Di Korea Selatan, indeks Kospi bergerak melemah atau turun 0,46 persen. Sedangkan indeks A&P/ASX 200 Australia naik 0,7 persen.

Indeks MSCI Asia-Pasifik di luar Jepang diperdagangkan 0,06 persen lebih tinggi. Ini adalah indeks yang menjadi patokan bursa saham di Asia.

Sedangkan di AS, Wall Street ditutup menguat pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta) dan indeks Dow Jones melonjak ke rekor tertinggi.

Dow Jones Industrial Average ditutup naik 204,10 poin atau 0,7 persen menjadi berlabuh di level 30.403,97. Untuk indeks S&P 500 naik 0,9 persen menjadi 3.735,36. Sedangkan Nasdaq Composite naik 0,7 persen menjadi 12.899,42.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Pendorong Wall Street

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis David Haubner (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Donald Trump menandatangani paket stimulus berupa bantuan kepada warga yang terdampak senilai USD 900 miliar. Dengan penandatanganan ini maka draf rancangan undang-undang tersebut resmi menjadi undang-undang.

Paket stimulus ini mencegah penutupan pemerintah dan memperluas tunjangan pengangguran kepada jutaan orang Amerika Serikat. Penandatanganan itu dilakukan beberapa hari setelah Trump menyarankan dia akan memveto undang-undang tersebut, menuntut pembayaran langsung USD 2.000 kepada orang Amerika, bukan USD 600.

"Semua gertakan yang dilakukan itu tidak signifikan mengubah prospek saham, karena pasar masih mengharapkan dan pada akhirnya menerima stimulus minimal USD 900 miliar," tulis Tom Essaye, pendiri The Sevens Report.

“Lima pilar yang mendorong reli yaitu stimulus fiskal, stimulus the Fed, peluncuran vaksin, pemerintah yang mendukung dan tidak ada resesi lagi sebagian besar masih ada. Melihat ini prospek jangka menengah dan jangka panjang untuk saham akan menjadi positif,” tambah Essaye.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya